TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi literatur saling membandingkan jumlah tes Covid-19 di Indonesia dengan yang dilakukan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Hasilnya, Indonesia hanya lebih banyak daripada Myanmar jika dihitung per seribu penduduknya.
Studi dilakukan media ekonomi daring, Lifepal, dengan mengumpulkan data dari laman resmi milik Kementerian Kesehatan, Infeksi Emerging, dan platform Our World in Data. Mereka mengungkap kalau jumlah tes Covid-19 yang dilakukan di Indonesia hingga 1 Mei 2020 telah mencapai 76.538 tes.
Pada tanggal itu, Lifepal mencatat ada tambahan 4.187 tes spesimen dengan jumlah kasus yang kemudian terkonfirmasi positif bertambah 433 orang. Jumlah tes tersebut menurun 8,3% dari jumlah tes yang dilakukan pada 30 April yakni sebanyak 4.567 tes.
Angka tes memang fluktuatif tiap harinya, seperti misalnya pada 29 April, jumlah tes yang dilakukan mencapai 5.240. Tanggal itu yang tertinggi kedua sejak tanggal 12 April di mana dalam sehari tercatat ada 7.293 tes yang dilakukan.
Kendati demikian, angka tersebut masih di bawah jumlah tes Covid-19 yang dilakukan oleh Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Setidaknya per 27 April lalu. Hingga tanggal itu Vietnam bahkan sudah melakukan lebih dari 212 ribu tes.
Sedang Malaysia sudah melakukan lebih dari 138 ribu tes. Indonesia masih unggul ketimbang Myanmar yang baru melakukan 6 ribuan tes serta Thailand yang baru melakukan 53 ribuan tes spesimen.
Untuk rasio per seribu penduduk, Singapura yang kini memiliki kapasitas tes sampai 8.000 spesimen per hari menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara. Rasionya adalah 17,08. Klaim yang dikutip dari situs Kementerian Kesehatan Singapura bahkan sampai 21,0--lebih tinggi daripada yang dilakukan Amerika Serikat (16) dan Inggris (10).
Sedangkan rasio tertinggi di Asia Tenggara ditempati Malaysia dengan pemeriksaan 5,21 orang per seribu penduduknya lalu Vietnam dengan rasio 2,68. Di belakangnya adalah Thailand (1,01), Filipina (0,89), Indonesia (0,28), dan Myanmar (0,14).
Ruben Setiawan, manajer konten di PT Lifepal Technologies Indonesia, mengatakan tanpa peningkatan jumlah tes yang memadai, maka akan makin lambat pula pandemi Covid-19 akan berakhir di suatu wilayah. Dia juga berharap janji dan rencana pemerintah mendatangkan total 400 ribu reagen PCR dari luar negeri dan mendistribusikannya ke 43 laboratorium yang saat ini aktif memeriksa spesimen Covid-19 bisa terlaksana penuh.
"Karena tes yang dilakukan hingga saat ini masih jauh dari target tes PCR 10 ribu hari yang ditargetkan Presiden Joko Widodo kepada Kementerian Kesehatan pada 13 April 2020 lalu," katanya saat membagikan hasil studinya, Minggu 3 Mei 2020.
Kurangnya tes yang dilakukan Indonesia bukanlah satu-satunya hal yang berpotensi memperpanjang akhir dari pandemi Covid-19. Berbagai hal seperti penegakan social distancing, physical distancing, aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan sejumlah provinsi, hingga pelarangan mudik di Lebaran kali ini juga punya andil besar untuk segera mengakhiri pandemi ini.
"Semua tergantung pada niat, kerelaan, dan kedisiplinan seluruh lapisan masyarakat untuk bekerjasama guna mengatasi ini semua," kata Ruben menambahkan.