Faktanya, batuan yang lebih kecil dari diameter 500 kaki pun bisa sangat berhaya jika sampai menabrak Bumi. Kekuatan ledakan meteor di langit setara bom nuklir. Ini seperti yang pernah terjadi di langit Chelyabinsk, Rusia, 2013.
Hanya berukuran 66 kaki, bola api dari ledakan meteor itu menyebabkan gelombang kejut di kota itu, memecahkan kaca-kaca dan melukai 1500 orang. “Tidak seorang pun melihat kedatangannya (meteor),” kata Lindley Johnson dari bagian Planetary Defence di NASA.
Mengantisipasi tabrakan yang mungkin terjadi di masa depan, NASA mempersiapkan sebuah misi menguji sistem penyelamatan Bumi. Caranya, meluncurkan sebuah wahana atau pesawat antariksa yang kemudian menabrakkan diri ke asteroid. Harapannya, arah orbit si asteroid bisa terpengaruh hingga menjauhi Bumi.
Misi yang akan dieksekusi tahun depan bekerja sama dengan SpaceX dan Badan Antariksa Eropa itu disebut Double Asteroid Redirection Test (DART). Targetnya adalah sepasang asteroid, Didymos (diameter 780 meter) dan yang lebih kecil disebut Didymoon (160 meter). Tapi yang diincar untuk dibelokkan adalah Didymoon.
Berkecepatan 6,6 kilometer per detik, kekuatan tabrakan oleh wahana DART diperhitungkan akan mengurangi kecepatan Didymoon dalam mengorbit Didymos sebesar satu persen. Itu berati mengganggu periode orbit sekitar tujuh menit—yang dianggap cukup untuk diamati dan dipelajari menggunakan teropong-teropong teleskop dari Bumi.
Lindley Johnson dari bagian Planetary Defence di NASA mengunkapkan kalau saat ini telah dipetakan 2.078 asteroid seperti 1998 OR2 alias berpotensi membahayakan. Mereka adalah yang memiliki diameter lebih dari 140 meter dan melintas pada jarak kurang dari lima juta mil dari Bumi.
NASA | MIRROR | NATIONAL GEOGRAPHY