TEMPO.CO, Rhode Island - Bukti obat Hydroxychloroquine tak efektif bagi pasien Covid-19 bertambah. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine edisi Kamis 7 Mei 2020 menyebut obat itu tidak mengurangi kebutuhan pasien atas alat bantuan pernapasan (ventilator) ataupun menurunkan risiko kematian.
"Kami tidak melihat adanya hubungan antara menggunakan obat ini dan peluang kematian atau intubasi," kata ketua tim penelitinya, Neil Schluger, kepada Reuters dalam wawancara telepon. Dia menambahkan, "Para pasien yang mendapatkan obat ini tampaknya tidak menjadi lebih baik."
Di antara pasien yang diberi hydroxychloroquine di New York-Presbyterian Hospital dan Columbia University Irving Medical Center, Amerika Serikat, sebanyak 32,3 persen akhirnya membutuhkan ventilator atau menjadi kritis. Angka itu dibandingkan dengan 14,9 persen pasien dengan nasib serupa yang tidak memperoleh obat itu.
Tetapi, dokter lebih mungkin meresepkan obat malaria itu kepada pasien yang sakit parah. Jadi para peneliti dua rumah sakit itu menyesuaikan hasil penelitiannya dengan fakta tersebut.
Mereka menyimpulkan bahwa obat yang pernah digadang-gadang Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa membebaskan dunia dari pandemi virus corona itu mungkin sebatas tidak memperparah pasien, tetapi jelas tidak membantu.
Menurut laporan tim Schluger, Hydrocxychloroquine yang juga digunakan untuk mengobati lupus dan radang sendi itu juga tidak menunjukkan manfaat bila dikombinasikan dengan antibiotik azithromycin. Di beberapa studi kasus lain, kombinasi keduanya malah membahayakan pasien.
Bulan lalu, dokter di Departemen Urusan Veteran AS melaporkan bahwa hydroxychloroquine tidak membantu pasien COVID-19 dan mungkin menimbulkan risiko kematian yang lebih tinggi. Analisis catatan medisnya menunjukkan tingkat kematian 28 persen ketika obat diberikan sebagai tambahan perawatan standar, dibandingkan dengan 11 persen dengan perawatan standar saja.
Sedang di penelitian terbaru oleh tim Schluger, 811 pasien mendapat hydroxychloroquine dan 565 tidak. Hasilnya, Schluger yang juga kepala divisi obat-obatan paru, alergi dan perawatan kritis di Irving mengatakan, "Rumah sakit tidak lagi merekomendasikan pemberian hydroxychloroquine kepada pasien."
Studi yang lebih kecil, termasuk yang dilakukan di Cina, telah menunjukkan bahwa hydroxychloroquine mungkin berguna, tetapi Schluger menduga, "Ini adalah studi kecil dan tidak berkualitas baik. Orang-orang memanfaatkannya karena pasien kritis."