TEMPO.CO, Jinan - Satu tim ilmuwan Cina menemukan apa yang mereka sebut bukti kuat kalau virus corona Covid-19 ada secara alami, dan bukan 'pelarian' dari sebuah laboratorium riset. Temuan mereka senada dengan yang penelitian lain yang pernah dilakukan mengenai asas usul virus corona jenis terbaru yang saat ini menyebar wabah di dunia tersebut.
Tim yang dipimpin Shi Weifeng, profesor di Shandong First Medical University, itu menganalisis galur yang relatif dekat dari virus itu, yang didenotasikan sebagai RmYN02, asal kelelawar. Galur virus itu ternyata berbagi kesamaan identitas genetik hingga 97,1 persen dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Para penelitinya menemukan kalau galur itu, dalam perilaku yang sama dengan SARS-CoV-2, dikarakterisasi dengan penyisipan asam amino ganda di situs sambungan dari subunit S1 dan S2 dari protein paku--protein yang berperan menambatkan virus ke sel. Ini menyediakan bukti kuat bahwa peristiwa penyisipan yang semula dicurigai hasil manipulasi di laboratorium itu bisa terjadi alami selama evolusi virus corona.
“Pentingnya temuan ini adalah memberi klarifikasi atas beberapa pertanyaan tentang asal usul virus corona,” kata Weifeng yang menulis hasil penelitian itu dalam jurnal Current Biology.
Temuan itu, bersama galur virus corona yang pernah diteliti dari trenggiling, menunjukkan kalau karakteristik genetik dari virus corona penyebab Covid-19 ada di alam. Pada Februari lalu, perbandingan dengan galur virus corona lainnya dari kelelawar juga menunjukkan kemiripan sampai 96 persen.
Semua itu, menurut Weifeng, menyediakan bukti kuat kalau virus corona yang masih asing itu tidak bocor dari riset di sebuah laboratorium. Weifeng menyebut dugaan-dugaan bahwa SARS-CoV-2 hasil rekayasa di lab tidak berdasar.
Sejauh ini, banyak ilmuwan di dalam maupun luar Cina meyakini virus itu melompat dari hewan ke manusia (zoonosis). Ini seperti yang sudah terkonfirmasi terjadi dalam wabah SARS, MERS, Ebola dan Nipah.
XINHUA | BUSINESSINSIDER | PHYS.ORG