TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok hacker (peretas) REvil, yang dicap sebagai teroris setelah mengancam akan mengungkapkan 'rahasia memalukan' Trump jika tebusan senilai US$ 42 juta (Rp 624 miliar) tidak dibayar, telah mengeluarkan pernyataan lain melalui web gelap.
Cap teroris telah memicu respons marah dan cepat dari operator ransomware REvil pada 17 Mei, sebagaimana dilaporkan Forbes, Senin, 18 Mei 2020.
Dalam posting yang panjang di web gelap, mereka mengatakan bahwa "Tuan Pengacara mengatakan bahwa Donald belum pernah menjadi klien mereka. Dan dia mengatakan bahwa kami menggertak. Baiklah. Bagian pertama, dengan informasi yang paling tidak berbahaya, kami akan posting di sini."
Posting itu diakhiri dengan tautan ke koleksi 169 email yang mengklaim sebagai bagian kecil dari data 'rahasia memalukan' yang dimiliki kelompok itu pada Presiden Trump.
Sehari kemudian, grup REvil telah memposting pembaruan lainnya. Inilah yang dikatakan sejauh menyangkut data tentang Presiden Trump: "Orang yang tertarik menghubungi kami dan setuju untuk membeli semua data tentang Presiden AS itu, yang telah kami kumpulkan selama seluruh aktivitas kami."
Mereka mengatakan bahwa mereka "sangat senang dengan kesepakatan itu," tetapi tidak mengungkapkan informasi lebih lanjut mengenai pembeli atau jumlah yang dibayarkan.
Email "paling tidak berbahaya" yang dirilis di web gelap, semuanya 169, sama sekali tidak mengandung apa pun yang dapat dianggap sebagai rahasia memalukan Trump. Pendapat pakar intelijen keamanan bahwa REvil tidak memiliki konsekuensi apa pun pada Trump dan, pada kenyataannya, menggertak sebagai cara untuk mendapatkan uang tebusan.
FORBES