TEMPO.CO, Jakarta - Swedia mencatat kematian akibat virus corona terbanyak di Eropa per kapita selama tujuh hari yang berakhir Selasa, 19 Mei 2020, menurut data dari Our World In Data, sebuah publikasi penelitian online yang berbasis di University of Oxford.
Data itu -- pertama kali dilaporkan oleh Reuters -- menunjukkan bahwa Swedia rata-rata mencatat 6,25 kematian per hari per juta orang dari virus itu selama seminggu terakhir.
Secara relatif, Inggris rata-rata 5,75 kematian per hari per juta orang selama periode tujuh hari yang sama, Belgia rata-rata 4,6, Prancis rata-rata 3,49, dan Italia rata-rata 3, sebagaimana dikutip Business Insider, Selasa.
Meskipun Swedia mencatat jauh lebih sedikit kasus virus corona secara keseluruhan daripada negara-negara berpenduduk lebih banyak, seperti Italia dan Jerman, angka kematian akibat virus corona per kapitanya termasuk yang tertinggi di dunia.
Swedia tidak pernah mengeluarkan kebijakan isolasi resmi sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona. Sebaliknya, model virus corona negara ini bergantung pada tanggung jawab pribadi dan mendorong warga untuk tinggal di rumah ketika mereka sakit dan menjaga jarak sosial ketika berada di depan umum. Sebagian besar bisnis, restoran, bar, dan sekolah tetap buka, meskipun pertemuan lebih dari 50 orang dilarang pada akhir Maret.
Johan Giesecke, mantan kepala ahli epidemiologi Swedia yang sekarang menjadi penasihat kesehatan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah membela kebijakan Swedia dan mengatakan bahwa isolasi di seluruh negeri hanya menunda jumlah kasus dan kematian akibat virus corona yang tak terelakkan. "Sangat sedikit yang bisa kita lakukan untuk mencegah penyebaran ini," tulisnya untuk jurnal medis Lancet awal bulan ini.
"Isolasi mungkin menunda kasus-kasus berat untuk sementara waktu, tetapi begitu pembatasan dilonggarkan, kasus-kasus akan muncul kembali," tulisnya.
"Saya memperkirakan ketika kita menghitung jumlah kematian akibat COVID-19 di setiap negara dalam satu tahun dari sekarang, angkanya akan sama, terlepas dari tindakan yang diambil," tambahnya.
Reuters mencatat bahwa angka kematian per kapita Swedia secara keseluruhan dari virus corona lebih kecil daripada beberapa negara, seperti Inggris dan Italia, yang telah memberlakukan isolasi.
Giesecke mengatakan kepada Business Insider bahwa kebijakan kontroversial Swedia belum berhasil dalam mengendalikan wabah COVID-19 di negara itu, tetapi akan berhasil di masa depan.
Dia meramalkan bahwa jumlah kasus Swedia dan jumlah kematian akan terus meningkat dalam beberapa minggu mendatang, tetapi dia mengatakan negara itu "berada di lereng yang menurun." "Ketika negara-negara dengan isolasi terbuka, mereka akan mendapatkan peti-peti mereka," katanya.
BUSINESS INSIDER | REUTERS