TEMPO.CO, Jakarta - Fosil gajah purba yang hampir utuh berusia 300 ribu tahun, dengan gadingnya yang berukuran 2,5 meter, ditemukan di bekas tambang di Schöningen, Lower Saxony, Jerman. Gajah eurasia Palaeoloxodon antiquus itu diduga mati di tepi danau purba lalu dagingnya disantap manusia purba.
Di sekitaran lokasi temuan fosil gajah tersebut ditemukan 30 serpihan batu dan dua tulang panjang. Dugaan kalau semua itu terkait alat mengasah menuntun kepada indikasi bahwa nenek moyang manusia diperkirakan memakan bangkai gajah.
Sisa jasad mamalia besar itu lalu tertutup sedimen jenuh air, yang telah melestarikannya sejak awal era Palaeolitik Tengah. Gajah tersebut adalah temuan terbaru dari situs yang sebelumnya menguak tiga fosil rangka kucing bertaring tajam dan tombak berburu kayu yang juga berusia 300 ribu tahun.
Menurut arkeolog dari Pusat Evolusi Manusia Senckenberg di Universitas Tübingen, yang membuat penemuan, gajah dari Schöningen itu lebih besar dari gajah Afrika yang merupakan gajah terbesar di dunia saat ini. Dia berdiri setinggi 3 meter dan beratnya sampai 6,8 ton. Tim peneliti mengidentifikasinya sebagai gajah betina, dan mengatakan itu adalah individu yang tua karena giginya yang aus.
Rahang bawah lengkap, tiga tulang besar dari dari empat kaki, banyak tulang belakang, tulang rusuk dan kelima tulang hyoid halus dari leher hewan juga kondisinya baik. Diperkirakan gajah mati karena usia tua, bukan perburuan manusia, meskipun para peneliti belum sepenuhnya mengabaikan kemukinan lain.
Ketua tim ekskavasi, Jordi Serangeli, mengatakan meskipun leluhur manusia adalah pemburu ulung, tidak ada alasan bagi mereka untuk mengejar mangsa yang begitu besar dan berbahaya. Menurutnya gajah-gajah adalah bagian dari lingkungan mereka, dan para hominin tahu bahwa mereka sering mati di tepi danau.
"Para pemburu Zaman Batu mungkin memotong daging, tendon, dan lemak dari bangkai," ujar Serangeli, seperti dikutip laman Daily Mail, Rabu, 20 Mei 2020.
Alat-alat manusia purba di situs itu menunjukkan proses penajaman terjadi. Arkeolog Barbara Alvarez menemukan serpihan mikro yang tertanam di kedua tulang panjang itu, dan mampu mereparasi dua serpihan kecil ke dalam alur, membenarkan hal ini.
Jejak dari kawanan kecil orang dewasa dan anak-anak juga ditemukan kurang dari 106 meter, yang membuat kemungkinan ada gajah lain di daerah tersebut.
Flavio Altamura, dari Universitas Sapienza University di Roma, Italia, yang menganalisis jejak-jejak itu menerangkan hewan-hewan berat sepertinya berjalan paralel di tepi danau. "Kaki mereka tenggelam ke dalam lumpur, meninggalkan jejak melingkar dengan diameter maksimum sekitar 23 inci," katanya.
Menurutnya, tepi danau dihuni oleh setidaknya 20 mamalia besar termasuk singa, beruang, kucing bertaring tajam, badak, kuda liar, rusa dan sapi besar. Analisis terperinci lebih lanjut sedang dilakukan di Technical University of Braunschweig, Leuphana University of Luneburg, dan Leiden University di Belanda.
Banyak temuan di situs Schöningen sebelumnya, yang memberikan petunjuk tentang lingkungan pada saat itu dan evolusi manusia. Yang paling terkenal adalah delapan tombak lempar kayu dari Middle Palaeolithic, yang dikaitkan dengan 1.600 tulang binatang, kebanyakan dari kuda.
Mereka telah dikaitkan dengan Neanderthal dan Homo heidelbergensis, dua masa manusia purba yang diyakini berasal dari daerah tersebut.
DAILY MAIL