TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kapal Angkatan Laut AS menghancurkan drone terbang dengan laser solid state di Samudra Pasifik, menurut pengumuman Angkatan Laut, pada hari Jumat, 22 Mei 2020.
USS Portland (LPD-27), kapal kelas San Antonio, mengerahkan Technology Maturation Laser Weapon System Demonstrator (LWSD) melawan kendaraan udara tak berawak (UAV) atau drone pekan lalu selama demonstrasi. "Itu merupakan penggunaan pertama kali laser solid state kelas energi tinggi," kata Angkatan Laut.
"Dengan melakukan uji lanjutan di laut terhadap UAV (drone) dan kendaraan kecil, kami akan mendapatkan informasi berharga tentang kemampuan Sistem Senjata Laser Solid State terhadap potensi ancaman," Kapten Angkatan Laut AS Karrey Sanders, komandan kapal, dalam sebuah rilis pers sebagaimana dikutip Business Insider, Jumat.
"LWSD adalah kemampuan unik yang dapat diuji dan dioperasikan oleh Portland untuk Angkatan Laut, sambil membuka jalan bagi sistem senjata masa depan," tambah Sanders. "Dengan kemampuan canggih baru ini, kami mendefinisikan kembali perang di laut untuk Angkatan Laut."
Menurut Angkatan Laut, sistem senjata itu sedang dikembangkan karena "meningkatnya jumlah ancaman" yang meliputi drone, kapal kecil bersenjata, dan sistem intelijen, pengawasan, dan pengintaian musuh. Angkatan Laut telah menggunakan sistem senjata laser lain di kapal-kapalnya, termasuk Sistem Senjata Laser kelas 30 kilowatt (LaWS) di atas kapal USS Ponce.
Angkatan Laut berharap meriam laser dapat mempertahankan armadanya dari pesawat tak berawak dan bahkan rudal jarak jauh yang diterjunkan oleh saingan seperti Cina, yang dapat mengungguli jet dan rudal kapal induk AS. Rudal-rudal darat Cina dapat menghancurkan kemampuan kapal induk untuk mencegat dengan pasokan rudal yang terbatas.
Kantor Riset Angkatan Laut pertama memberi Northrup Grumman kontrak awal US$ 53 juta untuk mengembangkan LWSD kelas 150 kilowatt pada tahun 2015.
Angkatan Darat AS sedang mengembangkan senjata laser sendiri, Indirect Fires Protection Capability-High Energy Laser (IFPC-HEL), yang diperkirakan akan mencapai 300 kilowatt dan mencegat roket, artileri, dan mortir.
BUSINESS INSIDER