TEMPO.CO, Mataram - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengkhawatirkan sekolah akan menjadi kluster baru penularan virus corona Covid-19. Kekhawatiran muncul dengan semakin dekatnya jadwal masuk sekolah lagi setelah pada 2 Juni 2020, setelah sekolah-sekolah diliburkan karena krisis pandemi.
Pemerintah kota itu menilai persoalan penyebaran Covid-19 belum selesai, bahkan saat ini tingkat penyebarannya cukup tinggi. "Karena itu kami berharap siswa dan orang tua bisa bersabar sampai kondisi lebih baik dan tetap ikuti arahan pemerintah," kata Wakil Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, Kamis 28 Mei 2020.
Mohan tidak menampik pengaruh terlalu lama tidak sekolah terhadap kemampuan kognitif anak. Selain tingkat kejenuhan yang tinggi. "Apalagi di usia mereka saat ini, mereka butuh berinteraksi dengan kawan-kawannya," katanya.
Mohan menekankan pentingnya peran orang tua mendampingi anak belajar dari rumah. "Mengarahkan anak-anak agar lebih kreatif mencari wawasan baru," katanya.
Dengan kondisi saat ini, menurut dia, ada kekhawatiran sekolah menjadi kluster baru di tengah pandemi Covid-19. Tidak hanya dari pemerintah dan sekolah, tapi juga dari orang tua.
Hal itu, kata Mohan, bisa dilihat saat menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah, di mana euforia masyarakat berbelanja persiapan Lebaran tak terbendung. Akibatnya, kasus positif penyakit virus corona 2019 disebutnya bertambah.
"Karena itulah, Gubernur mengeluarkan kebijakan menutup bandara mulai 1 Juni 2020 selama satu bulan. Jadi kebijakan itu harus paralel secara keseluruhan termasuk jadwal masuk sekolah, tidak parsial," katanya.
Berdasarkan data Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Mataram per Rabu 27 Mei 2020, penambahan jumlah pasien positif penyakit itu yang terkonfirmasi sebanyak 15 orang dan satu pasien terkonfirmasi meninggal. Total, ada 207 orang yang positif. Dengan rincian 106 orang dalam perawatan, 97 orang sembuh dan empat orang meninggal.