Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

6 Faktor Kenapa Covid-19 Lebih Mematikan di Amerika dan Eropa

image-gnews
Sejumlah jenazah pasien positif virus corona atau Covid-19 berada dalah sebuah truk di luar Rumah Sakit Wyckoff di Brooklyn, New York City, 4 April 2020. Kasus virus corona di Amerika Serikat mencapai 336.830 kasus. Handout via REUTERS
Sejumlah jenazah pasien positif virus corona atau Covid-19 berada dalah sebuah truk di luar Rumah Sakit Wyckoff di Brooklyn, New York City, 4 April 2020. Kasus virus corona di Amerika Serikat mencapai 336.830 kasus. Handout via REUTERS
Iklan

Karena itu sebagian alasan tingginya kematian di Amerika dan Eropa Barat mungkin diduga terletak pada keengganan awal masyarakatnya untuk bereaksi terhadap epidemi yang tampak jauh dan tidak dianggap mengancam. Sementara itu, di Asia, pengalaman sebelumnya dengan epidemi SARS dan MERS memungkinkan respons yang jauh lebih cepat terhadap ancaman baru.

Taiwan, misalnya, telah banyak dipuji karena responsnya yang cepat terhadap epidemi, termasuk penyaringan dini penumpang penerbangan dari Wuhan. Sementara Korea Selatan membangun program besar pengujian, pelacakan, dan isolasi pasien. Namun, di Jepang dan India, dua negara yang sangat berbeda, angka kematiannya yang relatif rendah membingungkan banyak ilmuwan, misteri serupa juga muncul dari Pakistan sampai Filipina.

3. Cuaca dan budaya

Cuaca panas dan lembap bisa menjadi faktor di tempat-tempat seperti Kamboja, Vietnam, dan Singapura. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa panas dan kelembapan dapat memperlambat, meskipun tidak menghentikan, penyebaran virus, seperti yang terlihat pada influenza dan virus corona yang menyebabkan flu biasa.

Namun, di beberapa negara khatulistiwa, termasuk Ekuador dan Brasil, telah melihat banyak kasus dan kematian terkait dengan Covid-19. Ternyata, demografi juga berperan dalam kesenjangan regional. Populasi Afrika yang umumnya lebih muda mungkin lebih tahan daripada komunitas tua di Italia Utara, misalnya. Di Jepang, dengan populasi tertua di dunia, berbagai alasan sedang dieksplorasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada kepercayaan luas di Jepang bahwa kebersihan dan kebiasaan yang baik, seperti memakai masker dan menghindari jabat tangan, membantu memperlambat penyebaran virus. Sementara perawatan kesehatan universal dan penekanan negara untuk melindungi orang tua juga mungkin telah menurunkan angka kematian.

4. Strain atau galur virus yang berbeda

Penelitian oleh tim di University of Cambridge, Inggris, menunjukkan bagaimana virus bermutasi ketika meninggalkan Asia Timur dan melakukan perjalanan ke Eropa. Mereka mencatat kemungkinan bahwa strain awal mungkin telah secara imunologis atau lingkungan disesuaikan dengan sebagian besar populasi Asia Timur dan perlu bermutasi untuk mengatasi perlawanan di luar wilayah itu.

Ahli genetika Peter Forster, ketua tim peneliti, mengatakan ada data klinis yang sangat terbatas tentang bagaimana berbagai strain virus berinteraksi dengan populasi yang berbeda. "Bagaimanapun, pertanyaan itu harus ditindaklanjuti pada apakah strain yang berbeda menjelaskan tingkat kematian yang kontras," kata Forster.

Tm ilmuwan di Los Alamos National Laboratory, Meksiko, juga berpendapat bahwa jenis virus yang sangat menular telah menyebar di Eropa dan di Amerika. Tetapi para ahli lain mengatakan pentingnya strain baru yang muncul masih belum jelas.

"Bisa saja itu kecelakaan bahwa siapa pun yang memiliki mutan pergi ke festival rock dan klub malam dan ditransmisikan kepada kebanyakan orang," ujar Jeremy Luban, ahli virus di University of Massachusetts Medical School Amerika Serikat. "Tapi kemungkinan lainnya adalah strain itu lebih mudah menular."

5. Gen dan sistem kekebalan tubuh

Peraih Nobel Kedokteran, Tasuku Honjo, mengatakan orang dengan keturunan Asia dan Eropa memiliki perbedaan besar dalam haplotipe antigen leukosit manusia (HLA), gen yang mengendalikan respons sistem kekebalan terhadap virus. "Itu mungkin membantu menjelaskan tingkat kematian Asia yang lebih rendah, tetapi tidak mungkin menjadi satu-satunya alasan," kata Honjo.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 jam lalu

Dwina Septiani Wijaya. Dok. Peruri
Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

3 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

7 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

7 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

13 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

14 hari lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi didampingi Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno(kanan) dan Dirjen Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal (kiri) menyampaikan keterangan pers usai rapat koordinasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, Badung, Bali, Minggu, 31 Desember 2023. Kementerian Perhubungan bersama berbagai pihak terkait melakukan evaluasi usai kemacetan parah pada Jumat malam (29/12) serta menyiapkan sejumlah rencana dan skema untuk mengantisipasi kemacetan khususnya selama masa libur tahun baru di jalan akses sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

17 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

18 hari lalu

Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual


Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

20 hari lalu

Sejumlah pemudik menunggu jadwal keberangkatan kereta dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 5 April 2024. Sebanyak 17.994 orang meninggalkan Kota Jakarta melalui Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, untuk mudik ke kampung halaman ke berbagai daerah pada H-5 Lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

Jumlah kasus flu Singapura bisa bertambah lagi seiring momentum Idul Fitri dan mudik Lebaran yang membuat intensitas pertemuan di masyarakat meninggi.


Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

20 hari lalu

Flu Singapura.
Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.