TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh tahun lalu, The Last of Us (2013) hadir sebagai penutup karir generasi ketiga console Sony, PlayStation 3. Ia menggebrak lewat kisahnya yang dramatis, grafiknya yang memukau, dan gameplay yang menegangkan. Tak heran, di tahun 2013, The Last of Us kerap disebut sebagai game terbaik tahun itu.
Tahun 2020, di ujung masa PlayStation 4, sebelum Sony sepenuhnya pindah ke PlayStation 5, The Last of Us kembali menjadi penutup. Kali ini lewat The Last of Us Part II yang akan rilis pada 19 Juni mendatang.
Tempo berkesempatan untuk mencoba The Last of Us Part II lebih awal, dua pekan sebelum rilis. Walau kami belum bisa memberikan review secara lengkap, karena kesepakatan waktu rilis dengan pengembang Sony Interactive Entertainment, The Last of Us Part II memberikan impresi yang positif dari misi yang boleh kami mainkan: Finding Nora.
Hal yang membuat kami tertakjub-takjub ketika memainkan misi Finding Nora di The Last of Us Part II adalah realismenya. The Last of Us Part II terasa immersif. Tiap momen pertarungan memberikan rasa ngilu dan tegang. Tidak jarang kami harus menekan tombol pause sejenak, menarik nafas dalam-dalam sebelum kembali ke misi utama, mencari Nora.
Salah satu contohnya ada pada adegan Ellie Williams, tokoh utama The Last Of Us Part II, ketika menusuk leher milisi perempuan yang sedang asyik-asyiknya bermain PlayStation Vita. Naughty Dog, developer The Last of Part II, tidak mencoba memperhalus adegan tersebut, namun dengan terang-terangan menunjukkan sensasi menusuk pisau ke leher seseorang.
Baca juga:
Pertarungan antara Ellie dan WLF di The Last of Us Part II
Di sisi lain, hal yang kami tangkap dari misi Finding Nora adalah The Last of Us Part II mencoba memberikan kesadisan yang lebih 'berbobot'. Tiap pertarungan memiliki tantangan dan konsekuensi tersendiri. Medan pertempuran juga terus berubah, memaksa kami bermain dengan cerdas.
Sembrono mencoba menghabisi semua musuh, maka Ellie akan kehabisan amunisi untuk bertahan hidup. Terlalu lamban dan berhati-hati, maka Ellie diendus musuh yang aktif mencari mangsa. Finding Nora menunjukkan bahwa The Last of Us Part II mendorong gamer untuk proaktif, menghindari konfrontasi tak perlu, sambil berpikir 1-2 langkah ke depan untuk bertahan.
Musuh-musuh The Last of Us Part II sendiri tak bodoh. Mereka lebih teliti dan sensitif terhadap situasi di sekitanya. Jika jejak Ellie terlihat, mereka akan langsung menyelidikinya. Jika salah satu dari mereka meninggal, bantuan dihadirkan untuk mencari Ellie. Jika berhadapan dengan Ellie, mereka pun juga jago bertahan. Saking cerdasnya, bersembunyi di kolong truk pun tidak menjamin Ellie selamat di The Last of Us Part II.
Menggunakan senjata api juga tak berarti posisi akan di atas angin. Tiap letusan pistol memekakkan telinga, membuat musuh sadar Ellie ada di antara mereka. Sebelum bisa menghindar, musuh sudah mulai datang untuk mengeroyok. Satu, dua tembakan tidak akan menghentikan mereka. Terkadang lebih efektif menembak kaki daripada memaksa harus headshot.
Ellie mampu menyelinap di The Last of Us Part II untuk berada di posisi yang lebih unggul dibanding musuh
Untungnya, ada check and balance dalam gameplay ini. Ellie diberikan berbagai kemampuan untuk mengimbangi kemampuan musuh yang lebih cerdas. Ia gesit dan kreatif memanfaatkan barang di sekitarnya ala MacGyver. Ellie bahkan bisa melakukan dodge untuk menghindari serangan musuh. Sederhananya, Ellie menjelma dari bocah 14 tahun menjadi titisan Daryl Dixon, mesin pembunuh di The Walking Dead.
Stealth kill tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk menghadapi musuh. Namun, perlu diingat bahwa Ellie tidak bisa menyembunyikan jenazah musuh. Sekali jenazah terdeteksi, musuh dalam status waspada. Jadi, selalu pertimbangkan di mana dan kapan musuh perlu dibunuh. Secara garis besar, dari misi Finding Nora, gameplay The Last Of Us Part II tampak lebih terpoles dibandingikan prekuelnya.
Bagaimana dengan cerita? The Last of Us Part II mengambil waktu lima tahun setelah event di prekuelnya. Untuk menyegarkan kembali ingatan, mari sedikit melakukan kilas balik ke cerita The Last of Us pertama.
Berseting di Amerika Serikat pada 2033, The Last of Us mengisahkan Joel Miller, 49 tahun, penyelundup yang mendapat tugas untuk mengantar seorang bocah dari Boston ke Salt Lake City. Bocah itu adalah Ellie yang sekarang menjadi tokoh utama The Last of Us Part II. Ellie dianggap bisa menjadi pintu penemuan vaksin Cordyceps -- virus fungi yang melumpuhkan dunia pada 2013 dengan mengubah orang menjadi zombie jamuran.
Dari awalnya gontok-gontokan, setelah mengarungi 3.800 kilometer dalam empat musim -- dirangkum dalam 18 jam permainan -- hubungan Joel dan Ellie berakhir menjadi layaknya ayah dan anak. Saking sayangnya terhadap Ellie, Joel tidak ingin kehilangan Ellie seperti ketika ia kehilangan putrinya di masa evakuasi virus Cordyceps. Alhasil, ketika Ellie dijadikan objek penelitian untuk vaksin virus itu, Joel membantai penelitinya demi mendapatkan Ellie kembali. Baginya, lebih baik begitu daripada vaksin ditemukan.
Kota Seattle menjadi salah satu lokasi konflik di game The Last of Us Part II
The Last of Us Part II berseting di Jackson, Wyoming, Amerika Serikat. Kali ini, Joel dan Ellie tinggal di kota yang terlindung dari wabah virus Cordyceps itu dan melebur dengan komunitasnya. Ellie punya geng remaja seumuran sementara Joel makin akrab dengan adiknya, Tommy. Sebuah masalah kemudian menyeret Ellie keluar dari Jackson, mampir ke Seattle yang menjadi setting Finding Nora.
Pada masa awal pandemi Cordyceps, Seattle merupakan zona karantina besar. Militerisme pemerintah yang diterapkan di sana membuat warga memberontak dan membentuk Washington Liberation Front, WLF. Dengan kekuatan persenjataan yang dimiliki, WLF pada ujungnya menjelma menjadi kekuatan otoritarian baru. Warga yang mencoba kabur, misalnya, dihukum mati. Penyintas yang masuk Seattle, ditembak mati.
Di misi Finding Nora, WLF berkonflik dengan kelompok kultus Seraphite alias Scar -- mengacu pada tanda parut di wajah setiap pengikutnya. Keduanya berebut kuasa atas Seattle. Nah, Ellie terjebak di tengah konflik panjang itu.
Seperti pada The Last of Us, Naughty Dog menyajikan Seattle secara sangat mendetail sesuai keadaan aslinya. Misalnya, Paramount Theatre, tempat Ellie bermalam sebelum memburu target di Rumah Sakit Overlake. Masih banyak titik populer yang disinggahi Ellie di negara bagian Washington tersebut, mulai pencakar langit sampai tempat wisata tepian Samudera Pasifik. Memandangi lansekap di game ini sangat menyejukkan, terlebih usai terlibat pertarungan dengan WLF ataupun Scar.
The Last of Us Part II
Penerbit: Sony Interactive Entertainment
Pengembang: Naughty Dog
Platform: PlayStation 4
Genre: Petualangan-Aksi
Jumlah pemain: Tunggal
Tanggal rilis: 19 Juni 2020
Harga: Mulai Rp 829 ribu
Batas umur: Khusus dewasa
REZA MAULANA | ISTMAN MP