TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai bagian dari rencana stimulus 130 miliar euro, Jerman akan meminta setiap SPBU atau pompa bensin di negara itu untuk memasang stasiun pengisian kendaraan listrik.
Seperti dilaporkan oleh Reuters, 4 Juni lalu, paket stimulus ini termasuk subsidi untuk pembeli kendaraan listrik dan pajak untuk menghukum pemilik SUV besar penghasil polusi.
Menurut Motor Transit Authority Jerman, dari 168.148 mobil yang terdaftar pada Mei, hanya 3,3 persen yang listrik. Pada 2019, kurang dari dua persen mobil baru yang terdaftar di Jerman adalah mobil listrik.
Para ahli mengatakan penjualan yang rendah dapat dikaitkan dengan kekhawatiran menjaga mobil tetap terisi daya.
Diego Biasi, ketua dan salah satu pendiri Quercus Real Assets mengatakan kepada Reuters, “Kami tahu bahwa 97 persen alasan mengapa mereka tidak membeli mobil listrik adalah kecemasan yang besar. Langkah Jerman adalah cara untuk mencoba dan memperbaiki kecemasan ini karena itu berarti Anda tahu pompa bensin selalu terbuka. "
Tahun lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel menetapkan tujuan memiliki sejuta stasiun pengisian listrik di seluruh Jerman pada tahun 2030. Ini menjamin bahwa pompa bensin juga dapat memasok kendaraan listrik.
Tetapi itu tidak akan cukup. Jerman hanya memiliki sekitar 15.000 pompa bensin, turun dari sekitar 40.000 pada tahun 1965. Untuk mobil listrik menjadi norma, Jerman akan membutuhkan setidaknya 70.000 stasiun pengisian dan 7.000 stasiun pengisian cepat.
Jerman tidak sendirian dalam mempromosikan kendaraan listrik sebagai bagian dari strategi ekonomi pasca-Covid mereka. Dalam konferensi pers pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan paket insentif 8 miliar euro yang bertujuan untuk menjadikan Prancis sebagai produsen kendaraan bersih teratas di Eropa.
ENGADGET | REUTERS