Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Picu Perdebatan, WHO Klarifikasi Pernyataan Soal OTG Covid-19

image-gnews
Maria van Kerkhove, pemimpin teknis untuk Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, saat menghadiri konferensi pers terkait virus Corona di Jenewa, Swiss, 6 Februari 2020.[REUTERS]
Maria van Kerkhove, pemimpin teknis untuk Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, saat menghadiri konferensi pers terkait virus Corona di Jenewa, Swiss, 6 Februari 2020.[REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan penjelasan posisinya terkait penyebaran virus corona Covid-19 oleh orang tanpa gejala, dengan mengatakan banyak yang masih belum diketahui tentang penularan tanpa gejala. Komentar itu muncul dari seorang pejabat WHO, yang menyebut transmisi tanpa gejala sangat jarang terjadi, dan memicu perdebatan.

Namun, kurang dari 24 jam, WHO mengadakan konferensi pers khusus untuk meninjau kembali komentar itu, serta menekankan bahwa banyak yang masih belum diketahui. Tetapi komentar yang muncul pada Senin, 8 Juni 2020 telah menyebar luas dan digunakan oleh kaum konservatif untuk mendukung argumen bahwa orang tidak perlu memakai masker atau mempertahankan tindakan pencegahan jarak sosial.

Episode ini menuai kritik terhadap pesan kesehatan masyarakat WHO dan menyoroti pekerjaan yang penuh dengan kesulitan di tengah pandemi dipolitisasi. "Itu kesalahpahaman," kata Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO. Dia berusaha menjawab pertanyaan wartawan yang sebelumnya mengatakan penularan tanpa gejala sangat jarang.

Mengutip laman Washington Post, Rabu, 10 Juni 2020, Van Kerkhove mengaku tidak menyatakan mengenai kebijakan WHO atau semacamnya. "Kami tahu bahwa beberapa orang yang tidak menunjukkan gejala, atau beberapa orang yang tidak memiliki gejala, dapat menularkan virus," ujar dia.

Kepala program darurat untuk WHO Mike Ryan menyatakan, bukan maksud WHO untuk mengatakan ada kebijakan baru atau berbeda. "Masih terlalu banyak yang tidak diketahui tentang virus ini dan masih terlalu banyak yang tidak diketahui tentang dinamika penularannya," tutur Ryan.

Namun, transmisi tanpa gejala atau biasa disebut asimptomatik memang terjadi, meskipun tidak ada yang tahu pasti seberapa sering itu terjadi. Studi dan model menunjukkan banyak dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, dan itu tetap menjadi pertanyaan terbuka apakah mereka adalah kekuatan besar yang menggerakkan transmisi.

Menurut WHO, beberapa negara yang menggunakan pelacakan kontak untuk bekerja mundur dari kasus yang dikonfirmasi belum menemukan banyak contoh penyebaran tanpa gejala. Di waktu yang sama, WHO mengakui pada Selasa, 9 Juni, beberapa studi pemodelan telah menyarankan sebanyak 41 persen penularan mungkin disebabkan oleh orang yang tidak menunjukkan gejala.

Itu menambah kebingungan definisi yang berbeda tentang apa artinya menjadi asimptomatik. Beberapa orang yang terinfeksi tidak pernah menunjukkan gejala, dan ahli akan mempertimbangkan kasus yang benar-benar tanpa gejala tersebut. Namun, beberapa menunjukkan gejala di kemudian hari dan dapat menyebarkan virus sebelum gejala tersebut muncul mereka akan dianggap sebagai kasus pra gejala.

Profesor kedokteran molekuler di Scripps Research Eric Topol, memberikan komentar bahwa WHO cukup berantakan. Menurutnya, dia tidak tahu mengapa WHO mengatakan penularan asimptomatik sangat langka. "Itu tidak mengubah fakta yang kita tahu, bahwa virus ini sangat mudah menular dan sangat sulit untuk dilawan," ujar dia.

Pertanyaan apakah orang tanpa gejala membantu mendorong penyebaran virus itu penting, karena merupakan bagian dari alasan pemerintah AS menjaga jarak sosial dan memakai masker serta memaksakan lockdown. Penyebaran tanpa gejala adalah salah satu cara yang dipercaya beberapa peneliti menunjukkan bagaimana virus ini beredar, bahkan orang yang berisiko rendah atau yang tidak menunjukkan gejala diperingatkan untuk berperilaku seolah-olah mereka terinfeksi.

Dengan begitu banyak yang masih belum diketahui tentang infeksi dan penularan asimptomatik, banyak ilmuwan mengatakan bahwa WHO tidak bertanggung jawab untuk berbicara begitu definitif karena dapat mengikis kesediaan untuk mengambil tindakan pencegahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Dalam beberapa hal, ini adalah semantik yang diperdebatkan karena secara praktis, tidak ada perbedaan antara orang-orang yang belum mengembangkan gejala dan menginfeksi orang lain, dan mereka yang benar-benar tanpa gejala. Itu terlihat sama pada tahap awal," kata Monica Gandhi, ahli penyakit menular di University of California, San Francisco.

Beberapa ilmuwan lainnya menyatakan dukungan untuk WHO, mencatat kesulitan mengkomunikasikan nuansa ilmiah dan ketidakpastian selama pandemi. Beberapa memuji WHO karena terus--tidak seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Gedung Putih--mengadakan pengarahan rutin untuk memperbarui publik.

Devi Sridhar, pakar kesehatan masyarakat global di Universitas Edinburgh, menjelaskan, perlu diingat bahwa staf WHO telah berlari cepat sejak awal Januari untuk menangani Covid-19. WHO juga melakukan briefing pers harian dan membantu negara yang berada di bawah tekanan dari semua sudut. "Mereka pasti kelelahan seperti kita semua, dan butuh dukungan," tutur dia.

Dalam komentar awalnya, Van Kerkhove tidak sepenuhnya menolak terjadinya transmisi asimptomatik, tapi mengatakan data awal yang tidak dipublikasikan dari pelacakan kontak di beberapa negara menunjukkan itu lebih jarang daripada yang diperkirakan. Dalam beberapa menit, komentar itu diperkuat oleh beberapa outlet berita.

"Kami memiliki sejumlah laporan dari negara-negara yang melakukan pelacakan kontak yang sangat rinci," kata Van Kerkhove dalam komentar awalnya. "Mereka mengikuti kasus tanpa gejala. Mereka mengikuti kontak. Dan mereka tidak menemukan transmisi sekunder. Sangat jarang."

Van Kerkhove menunjuk ke dokumen yang diterbitkan pekan lalu oleh WHO yang memperbarui pedoman mengenakan masker berdasarkan penelitian terbaru.

Dokumen tersebut mengutip pelacakan kontak di Cina yang menunjukkan orang tanpa gejala (OTG) dan pragejala jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus daripada mereka yang mengalami gejala. Namun, temuan-temuan itu didasarkan pada ukuran sampel yang kurang dari 100 orang, dan tidak dianggap sebagai bukti ketat oleh sebagian besar standar ilmiah.

WASHINGTON POST | BLOOMBERG | WHO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

1 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

2 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

8 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

8 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

9 hari lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi didampingi Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno(kanan) dan Dirjen Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal (kiri) menyampaikan keterangan pers usai rapat koordinasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, Badung, Bali, Minggu, 31 Desember 2023. Kementerian Perhubungan bersama berbagai pihak terkait melakukan evaluasi usai kemacetan parah pada Jumat malam (29/12) serta menyiapkan sejumlah rencana dan skema untuk mengantisipasi kemacetan khususnya selama masa libur tahun baru di jalan akses sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

11 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

12 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

12 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

13 hari lalu

Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

14 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?