TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan katak jenis baru di Sumatera. Katak berukuran mini tersebut diberi nama Micryletta sumatrana, hidup di kawasan Hutan Harapan di Jambi dan Sumatera Selatan serta di suaka margasatwa Gumai Pesamah, Sumatera Selatan.
Peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy menerangkan, masih ada kemungkinan bahwa katak Micryletta sumatrana juga hidup di daerah dataran rendah lainnya di selatan Sumatera. “Katak jantan hanya memiliki tubuh 17,4 milimeter, sedangkan betinanya berukuran 22,8 milimeter,” ujar Amir, seperti dikutip dari sius web resmi LIPI, Kamis 11 Juni 2020.
Menurut Amir, katak mini itu memiliki ciri morfologi bagian punggung (dorsal) coklat keemasan dengan sedikit bintik-bintik gelap. Di bagian perutnya atau ventral coklat gelap disertai corak putih krem.
Amir mengatakan, karakter morfologi tersebut menjadi ciri atau pembeda utama dengan sesama anggota katak marga Micryletta lainnya. Apakah itu dengan jenis Micryletta inornata yang ditemukan di bagian utara Sumatera (Medan, Aceh) ataupun jenis Micryletta lainnya yang tersebar di kawasan India, Indocina, dan Taiwan.
“Selain itu, bagian samping kepala dari jenis baru ini coklat gelap dengan bintik-bintik putih-krem di bibir dan wilayah tengah atau tympanum,” kata Amir. Dia menambahkan, “Jika tungkai belakang diluruskan, bagian artikulasi tibiotarsal dapat mencapai depan mata.”
Amir mengungkapkan bahwa perbedaan mencolok pertama kali terlihat dari pola sentral antara katak mini Micryletta sumatrana dengan katak Micryletta yang hidup di utara Sumatera. Ada pola menyerupai batik atau jaring pada bagian perut katak yang ditemukan, sedang katak yang ada di utara Sumatera tidak memiliki pola tersebut.
Tidak hanya itu, setelah penelitian terhadap DNA, Micryletta sumatrana justru lebih menyerupai katak yang ada di Vietnam. Bahkan perbedaan DNA-nya sudah mencapai level beda jenis dengan yang ada di utara tersebut. "Sehingga secara ilmiah ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai spesies baru,” kata Amir.
Amir menekankan, penemuan katak jenis baru asal Sumatera ini berhasil dilakukan karena adanya teknologi molekuler. Teknologi itu memungkinkan peneliti lebih mudah mengidetifikasi DNA katak tersebut. “Setelah dites DNA-nya, ternyata benar beda jenis antara populasi yang ada di Sumatera bagian selatan dengan Sumatera bagian utara,” kata Amir.