TEMPO.CO, Jakarta - Sel telur manusia mungkin ikut mempengaruhi apakah mereka bisa hamil dengan pasangan tertentu. Dugaan ini berasal dari temuan bahwa sel telur itu ternyata merilis zat kimia yang bisa menarik lebih banyak sperma milik seseorang dibandingkan sperma yang diproduksi orang yang lain.
“Ini adalah kali pertama yang didapati pada manusia, atau pada spesies lainnya yang memiliki sistem pembuahan (fertilisasi) di dalam,” kata John Fitzpatrick dari Stockholm University, Swedia, seperti dikutip dari Newscientist edisi 10 Juni 2020.
Dia dan timnya mempelajari sejumlah sampel sperma dan follicular fluid—cairan kaya nutrisi yang menyelubungi setiap telur ketika dia berkembang dan dilepaskan—dari 16 pasangan yang menjalani terapi kesuburan. Seperti diketahui, setiap sperma harus berenang menembus cairan itu untuk bisa mencapai telur yang belum dibuahi.
Fitzpatrick dkk menemukan kalau cairan itu pada setiap perempuan bisa menarik lebih banyak sperma dari kelompok pria tertentu ketimbang pria yang lain. Tidak ditemukan pola yang jelas untuk menerangkan sperma milik pria yang seperti apa yang akan tertarik ke follicular fluida yang mana.
Yang terlihat adalah pola acak dan tidak selalu berkorelasi dengan pria pilihan si perempuan pemilik telur. “Temuan ini benar-benar mengejutkan,” kata Fitzpatrick.
Penelitian itu menghitung jumlah sperma dari pria berbeda yang mendatangi follicular fluid dalam sampel. Hasilnya, ditemukan selisih rata-rata jumlah sperma terbanyak dan tersedikit pada setiap cairan itu sebesar 18 persen.
“Telur-telur yang menarik jumlah sperma 18 persen lebih banyak tentu akan sangat penting selama fertilisasi dalam saluran reproduksi si perempuan karena hanya sebagai kecil sperma saja yang akhirnya akan membuahi telur itu seusai hubungan intim,” kata Fitzpatrick menjelaskan.
Faktor genetika diduga berperan pada kesesuaian sel telur dan sperma-sperma tersebut, yang pada gilirannya akan meningkatkan peluang pembuahan. Interaksi kimiawi antara sel telur dan sperma seusai hubungan intim juga mungkin berperan pada kenapa pada beberapa orang memiliki kesulitan hamil.
“Penyebabnya memang selalu tidak jelas pada satu dari tiga pasangan yang mengalami masalah kesuburan,” kata Fitzpatrick.
Michael Eisenbach dari Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel, mengatakan studi di Stockholm bisa menerangkan tentang ketertarikan sperma kepada telur. Namun ke depan harus ada uji apakah hasil yang sama didapat untuk sel telur matang yang dirilis setelah ovulasi.
“Follicular fluid itu berisi materi kimia yang diproduksi sebelum sebuah telur itu benar-benar matang,” katanya.
NEWSCIENTIST