TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan menunjukkan penerbangan supersonik jet F-35 Joint Strike Fighter di posisi sangat tinggi mengalami penumpukan panas yang berisiko merusak lapisan kulit tersembunyi dan antena di bagian belakang pesawat. Hal itu membuat Departemen Pertahanan Amerika Serikat membatasi ketat jumlah waktu yang dihabiskan seorang pilot supersonik.
Para kritikus mengatakan hal itu melumpuhkan kemampuan F-35 untuk terbang dan bertarung, serta mengklaim pesawat tidak dapat beroperasi dengan kecepatan tinggi dan menghambat misi. Namun, Billie Flynn dari Lockheed Martin--penggarap pesawat tempur--mengklaim tidak ada skenario pertempuran di mana pilot F-35 mungkin secara tidak sengaja merusak pesawat.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Defence News, Flynn mengatakan dia menerbangkan pesawat yang menyebabkan Pentagon membatasi penerbangan supersonik model F-35 tertentu. "Sorti, dalam model B dirancang untuk Korps Marinir dan model C untuk Angkatan Laut, dirancang mendorong jet ke batas, hingga kecepatan maksimum Mach 1,6," kata dia.
Jet tempur itu merupakan program paling mahal Amerika dalam sejarah. F-35C dapat terbang dengan kecepatan tinggi Mach 1.3 selama 50 detik kumulatif, sedangkan F-35B terbatas hingga 40 detik pada Mach 1.3. Dan versi F-35 yang digunakan oleh Angkatan Udara Amerika, F-35A, bisa terbang tanpa batasan kecepatan.
Mengutip laman Popular Mechanics, 29 Mei 2020, Flynn mengklaim kerusakan mendadak diakibatkan karena penerbangan pesawat selama berjam-jam pada suatu waktu. "Tidak ada yang akan melakukan itu, secara taktis. Dan tidak ada skenario pertempuran di mana itu akan terjadi," ujar Fynn.
Flynn juga mengatakan dia tidak pernah melihat kerusakan fisik yang sebenarnya dari penerbangan dan berspekulasi itu ditemukan oleh para insinyur yang memeriksa jet secara internal. Selain itu, seorang pilot uji veteran yang menerbangkan F-35 menjelaskan pembatasan pada jet selama penerbangan supersonik tidak akan secara operasional mempengaruhi pesawat.
Namun, keputusan Departemen Pertahanan itu diperkuat dengan adanya kecelakaan besar F-35 Angkatan Udara Amerika saat kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Hill setelah penerbangan pelatihan. Roda pendaratan pesawat membuat landasan hancur, dan menyebabkan kerusakan.
Insiden itu terjadi pada Senin, 8 Juni, di Pangkalan Angkatan Udara Hill di Utah. Pesawat, bagian dari Fighter Wing ke-388, baru saja menyelesaikan penerbangan latihan rutin. Pilotnya juga dilaporkan tidak terluka, hanya dibawa pergi untuk evaluasi medis rutin.
Sementara itu, Angkatan Udara menghentikan sementara penerbangan pelatihan di pangkalan. Menurut Air Force Times, dewan peninjau keselamatan akan menyelidiki insiden itu. Angkatan Udara belum merilis foto apa pun atau rincian mengenai insiden tersebut.
Jika F-35 diputuskan dapat diperbaiki, kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk menentukan tingkat kerusakan dan mengganti bagian yang diperlukan. Kecelakaan itu adalah yang kedua yang melibatkan pesawat tempur F-35 dalam sebulan terakhir. Pada 20 Mei, sebuah F-35 jatuh di Pangkalan Angkatan Udara Eglin selama penerbangan latihan malam hari.
POPULAR MECHANICS | AIR FORCE TIMES | DEFENCE NEWS