Para penulis mengatakan bahwa penelitian terhadap 45 orang yang merusak mata mereka selama gerhana 1999 di Inggris mendukung dugaan bahwa toksisitas fotokimia sering menjadi penyebab kerusakan penglihatan pada retinopati matahari. Dalam kasus itu, sebagian besar kerusakan tidak permanen.
Sebanyak empat dari 45 yang melaporkan gejala yang menetap ketidaknyamanan dan masalah penglihatan setelah tujuh bulan. Tetapi, tentu saja, kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lebih mungkin terjadi dengan eksposur yang lebih panjang dan besar.
Sebuah laporan kasus yang diterbitkan oleh Ta C. Chang dan Kara Cavuoto dari Bascom Palmer Eye Institute dari Universitas Miami merinci cedera yang berlangsung lama seperti itu pada seorang remaja perempuan berusia 12 tahun. Dia menderita kerusakan penglihatan parah setelah menatap Matahari penuh selama sekitar satu menit.
Para ahli mata mempresentasikan gambar retina yang rusak, salah satunya diperoleh dengan optical coherence tomography (OCT), semacam ultrasound mata yang menggunakan cahaya untuk membuat gambar jaringan cross-sectional. Gambar menunjukkan bintik-bintik terang di fovea di mana segmen fotoreseptor telah rusak.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rhorom Priyatikanto menyarankan mereka yang ingin menyaksikan fenomena gerhana matahari pada Minggu 21 Juni nanti menggunakan kamera lubang jarum, atau menggunakan kacamata las. Dua alat atau metode ini disebutnya yang paling aman.
Menurut Rhorom, kacamata hitam atau pun polaroid tidak disarankan untuk melihat Matahari langsung karena masih banyak cahaya yang melewatinya. Pun dengan melalui pantulan Matahari di air. Alasannya, saat Matahari ada pada ketinggian 45 derajat, daya pantul air sudah cukup tinggi sehingga akan menyilaukan.
Bahkan penggunaan plastik mika juga tidak disarankan. Sekalipun membuatnya lebih redup, Rhorom mengatakan plastik itu masih bisa ditembus spektrum sinar Matahari. "Kamera lubang jarum itu bisa jadi alternatif yang lebih aman," kata ahli bidang astronomi dan astrofisika itu saat dihubungi, Kamis malam, 18 Juni 2020.
JAMA OPHTHALMOLOGY | ARSTECHNICA