TEMPO.CO, Bandung - Tiga tahun mengembangkan alat Rapid Test untuk virus Avian Influenza (AI) menjadi bekal mengembangkan alat deteksi antigen Covid-19 yang dinamai CePAD. “Kami belajar AI, tapi jadinya produksi alat deteksi Covid,” kata Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran (Unpad), Muhammad Yusuf, di Bandung, Kamis 25 Juni 2020.
Belasan peneliti dari kampus Unpad tersebut bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra (TMC), perusahaan manufaktur obat-obatan untuk hewan, untuk pengembangan rapid test AI. Belakangan mereka menggandeng pula PT Pakar Biomedika Indonesia, spesialis pengembang produk alat diagnostik.
Yusuf mengatakan, pandemi Covid-19 memaksa pengembangan alat rapid test untuk Avian Influenza yang tengah dikerjakan itu dihentikan. “Februari kami sempat stop. Tidak masuk kantor segala macam. Kami berpikir, 'Ngapain ya, lagi Covid-19 tapi malah ngerjain AI, gak jelas',” kata dia.
Yusuf kemudian melontarkan ide untuk 'banting setir' mengembangkan alat tes cepat untuk mendeteksi Covid-19. Idenya disetujui. Tiga bulan, prototipe alat tes cepat yang dinamai CePAD itu rampung dan kini tengah memasuki fase validasi dengan mengujinya pada sampel pasien Covid-19.
Berbeda dengan alat diagnostik cepat Covid-19 lain yang menyasar pemeriksaan antibodi dari sampel darah, alat tes cepat CepAD mampu mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19, dari sampel swab pasien. Versi pertama dari prototipe CePAD mampu mendeteksi virus yang ada dalam sampel swab itu maksimal 20 menit dengan menunjukkan dua garis merah dalam alat tes tersebut.
Teknologi kunci dari alat deteksi itu, Yusuf menerangkan, adalah biosensor yang bertugas mendeteksi sampel protein Sars COV-2. Biosensor tersebut dicetak dalam kertas mikroselulosa, kertas dengan ukuran pori yang khusus. Sampel swab dari pasien lalu diteteskan pada alat rapid test.
“Kenapa dia bisa muncul garis merah di situ, karena di kertasnya kami sudah cetak, ada biosensor, itu adalah molekul penangkap virus,” kata Yusuf menerangkan.
Biosensor pada rapid test tersebut adalah antibodi antigen yang dihasilkan dari ayam yang disuntikkan protein antigen virus. Biosensor tersebut akan mendeteksi reaksi antibodi antigen terhadap protein virus yang ditangkap alat itu dengan hasil berupa tampilan dua garis merah.
“Kami menggunakan ayam untuk memproduksi antibodi IgY dari kuning telur. Kita suntikan antigen virus ke ayam. Nanti ayam akan memproduksi antibodi yang spesifik yang bisa menangkap si virusnya. Itu lebih mudah,” kata Yusuf memaparkan.