Ancama terbesar adalah lewat aliran arus listrik pada permukaan, yang menyebar setelah sambaran petir. Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration, kejadiannya bisa 50-55 persen dari kasus korban sambaran petir.
Ron menerangkan, muatan arus listrik 20 ribu Ampere atau lebih yang dimiliki petir tidak hilang begitu saja saat ia menyambar pohon atau permukaan Bumi. Muatan itu menyebar dan melemah seiring jaraknya.
Jika ada seseorang di dekatnya, muatan listrik itu bisa menjalar naik lewat satu kaki lalu turun lewat kaki yang lain. Saat itulah sengatan listrik mungkin menghentikan kerja jantung dan pernapasan. Ancaman semakin besar untuk hewan ternak karena listrik melewati seluruh tubuhnya di antara kaki depan dan belakangnya.
Kejadian mematikan terbesar kedua dari sambaran petir adalah apa yang disebut “side splash”. Lompatan muatan listrik dari obyek yang tersambar petir ini terhitung 30-35 persen dari kasus korban tewas. Side splash terjadi karena arus listrik mencari jalan dengan hambatan listrik terkecil ke tanah.
Kasusnya biasanya melibatkan orang yang sedang berteduh di bawah pohon. Bagi si petir, orang itu laksana kantong air garam yang hambatan listriknya jauh lebih rendah daripada batang pohon.
Kasus terbanyak ketiga adalah 'streamer'. Ini tercipta karena beda yang sangat besar antara konsentrasi muatan negatif di awan dengan positif di permukaan. Akibatnya petir zig zag 'mencari jalan': memecahkan molekul-molekul nitrogen, oksigen dan gas lain menjadi ion-ion positif dan elektron. Itu menciptakan dua kemungkinan, jalur udara yang menjadi sangat kondusif atau sebaliknya sangat resisten.
WASHINGTON POST | WEATHER.GOV