TEMPO.CO, Bandung - PT Pindad dan BPPT menandatangani perjanjian kerja sama (PKS) pengembangan dan penerapan teknologi desain, rekayasa, dan manufaktur Mobile Laboratorium Bio Safety Level 2 (BSL-2) berbasis kendaraan bus.
“Pembangunan mobile laboratory merupakan terobosan yang sangat baik, melihat kondisi saat ini sehingga pengerjaannya harus segera dilaksanakan dan diharapkan dapat memberikan manfaat yang banyak,” kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose, dalam keterangannya, Kamis, 2 Juli 2020.
Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani Kamis, 2 Juli 2020, antara Abraham Mose mewakili Pindad dan Kepala BPPT, Hammam Riza. Keduanya juga menandatangani Nota Kesepahaman untuk pengkajian dan penerapan teknologi di Indonesia untuk menunjang pengembangan dan pembangunan industri nasional.
Abraham mengatakan, pengembangan Bus Mobile Laboratorium BSL-2 dibutuhkan untuk penanganan pandemi Covid-19. “Kita akan dorong internal Pindad supaya mempercepat produksinya,” kata dia.
Dia mengatakan Pindad saat ini juga diminta bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perindustrian untuk menggunakan alat berat dan alat pertanian produksi Pindad untuk membuka lahan pertanian baru di Kalimantan. Pembukaan lahan baru tersebut bagian dari program pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, pengembangan Bus Mobile Laboratorium BSL-2 tersebut salah satu upaya membangun inovasi produk dalam negeri untuk percepatan penanganan pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah model pertamanya sudah digunakan untuk pengujian PCR secara massal yang kemarin juga dihadiri oleh Kasad, Jenderal TNI Andika Perkasa. BPPT ingin melakukan hilirasi dan membutuhkan mitra terpercaya yang memiliki kemampuan,” kata dia Kamis.
Hammam mengatakan BPPT sengaja menggandeng Pindad karena dinilai mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan Bus Mobile Laboratorium BSL-2.
Keterlibatan Pindad juga diharapkan sekaligus bisa membangun ekosistem industrinya. “Kami harapkan dengan kemampuan Pindad dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari Lab Mobile yang kemudian rencananya akan disebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia,” kata dia.
Inovasi Bus Mobile Laboratorium BSL-2 diharapkan bisa membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan mempercepat waktu pemeriksaan pasien dengan tes PCR. “Untuk melaksanakan PCR test ini kita membutuhkan sarana laboratorium untuk melaksanakan testing dan tracing terutama daerah yang menjadi episentrum dan jauh yang selama ini butuh waktu untuk hasil pengujiannya 7-14 hari,” kata dia.
Bus Mobile Laboratorium BSL-2 tersebut akan dikembangkan mengikuti standar dunia. “Lab Mobile (BSL-2) mengikuti standard dari WHO dan Kementerian Kesehatan yang menjamin keamanannya, akurat dan harus bisa tersertifikasi,” kata Hammam Riza.
Perjanjian Kerja Sama (PKS) pengembangan Bus Mobile Laboratorium BSL-2 juga langsung diikuti dengan penandatanganan kontrak payung hukum produksi, penyediaan paket kelengkapan produk, hingga layanan purnajualnya. Kontrak Payung tersebut diteken Direktur Utama Pindad Abraham Mose dan Kepala Pusat Pelayanan Teknologi BPPT Yenni Bakhtiar.
AHMAD FIKRI