Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kantong Plastik Ditemukan di Dasar Laut, 20 Tahun Masih Utuh

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Sampah Plastik di Laut. shutterstock.com
Ilustrasi Sampah Plastik di Laut. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bahkan setelah lebih dari 20 tahun berada dalam laut, kantong plastik yang biasa digunakan sehari-hari menunjukkan sedikit saja tanda-tanda bisa terurai atau rusak. Fakta ini ditemukan lewat studi ‘dadakan’ tim peneliti yang menyelam ke dasar laut di Samudera Pasifik sebelah timur dan mendapati sampah kantong plastik berisi kotak bekas kemasan makanan dan kaleng minuman Coca-Cola.

Para peneliti lalu membandingkan dua sampel plastik yang diangkat dari kedalaman 4.150 meter di bawah laut itu. Mereka mendapati kantong plastik relatif utuh, dan adanya pengaruh terhadap aktivitas mikroba padanya.

Menemukan sampah plastik di lautan mungkin tidaklah sulit. Masalah yang dihadapi dalam penelitian umumnya adalah menentukan secara akurat berapa usianya berada di sana. Alasan ini yang membuat temuan studi terbaru menjadi peringatan penting tentang berapa lama sampah plastik bisa bertahan begitu sampai di lautan.

“Hasil studi baru ini memberikan data pertama yang dapat dipercaya tentang nasib dan fungsi ekologis dari plastik selama lebih dari dua dekade berada di lingkungan laut dalam yang alami,” bunyi isi makalah yang memuat hasil studi itu.

Para peneliti ‘pantas berterima kasih’ kepada kantong plastik yang ditemukan itu karena mampu menjaga kotak kemasan makanan dan kaleng aluminium Coca-Cola itu sehingga labelnya masih bisa terlihat dengan jelas. Dari kode dan mereknya, tim peneliti itu mampu mengidentifikasi sampah-sampah itu berasal dari penggunaan 1988-1996.

Setelah mengangkat kedua item sampah itu, para peneliti juga menganalisis kimia dan bakterinya. “Hasilnya, tidak satupun dari kantong plastiknya maupun bekas kotak makanan di dalamnya yang menunjukkan tanda-tada fragmentasi atau bahkan degradasi,” kata biogeokimiawan Stefan Krause dari institute riset GEOMAR di Jerman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski kotak itu dan kantong plastik pembungkusnya berbeda bentuk dan terbuat dari jenis plastik berbeda, pengaruh mereka ke bakteri di sekeliling sama. Mereka menemukan keragaman mikroba jauh lebih rendah daripada yang ditemukan di sekeliling di sedimen laut.

“Kami telah mengetahui kalau bahan kimia berbahaya meluruh dari plastik yang tenggelam di air, dan itu mungkin yang terjadi dalam kasus ini,” kata Krause. Namun dia dan tim menunjuk bagaimana pun juga kedua obyek plastik itu masih tergolong sampel yang kecil, sehingga butuh studi lebih jauh untuk memastikannya.

Krause dkk sebenarnya sedang meneliti bagaimana tambang nodul mangan, konsentrat lapisan besi dan hidroksida mangan, yang banyak ditemukan di dasar laut dalam mungkin berdampak ke lingkungan laut saat menemukan sampah plastik itu. Penelitian pun dilakukan terhadap plastik itu dan ke depannya tim yang sama menyatakan akan mencari tahu lebih detail di mana sampah-sampah plastic itu berujung di lautan.

“Studi ini juga menjadi basis penting untuk proyek baru kami yakni HOTMIC (Horizontal and Vertical Oceanic Distribution, Transport, and Impact of Microplastics), di mana kami ingin melacak sampah plastik yang memasuki lautan dari daratan ke arus besar samudera dan lebih jauh ke timbunan terakhir mereka, dasar laut,” kata peneliti laut GEOMAR, Matthias Haeckel.

SCIENCE ALERT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

13 jam lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

17 jam lalu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita . (ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian/rst)
Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

1 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

3 hari lalu

Dua orang penyelam mengumpulkan sampah yang telah diambil dari dasar laut saat aksi bersih  pantai di Kota Ternate, Maluku Utara, Sabtu, 27 Januari 2024. Aksi yang digelar Gerakan Selamatkan Lingkungan Hidup yang melibatkan Polairud Polda Maluku Utara tersebut sebagai upaya melindungi ekosistem bawah laut dari pencemaran sampah sekaligus mengampanyekan laut bebas sampah plastik. ANTARA FOTO/Andri Saputra
Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

Hari Bumi 2024 menyoroti masalah plastik, termasuk sampah plastik, dan mendorong aksi global melawan produksi plastik global yang tak terkendali.


Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

3 hari lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.


Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

6 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.


Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

12 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.


Gempa M6,8 Tercetus dari Palung Mariana di Pasifik, BMKG: Syukur Tak Picu Tsunami

20 hari lalu

Gempa dari Palung Mariana di Samudera Pasifik, Jumat 5 April 2024.
Gempa M6,8 Tercetus dari Palung Mariana di Pasifik, BMKG: Syukur Tak Picu Tsunami

Setelah gempa berkekuatan Magnitudo 7,4 mengguncang Taiwan pada Rabu pagi lalu, gempa kuat dari laut kembali terjadi hari ini, Jumat 5 April 2024.


Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

21 hari lalu

Petugas Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya menunjukkan sampah impor terpapar limbah asal Australia di Terminal Petikemas Surabaya, 9 Juli 2019. Sampah plastik itu tercampur ke dalam sampah kertas (waste paper) yang diimpor dari negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Prancis, Jerman dan Hong Kong oleh sejumlah pabrik kertas untuk bahan baku kertas baru. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Jepang dinilai menjadi negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman.


Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

27 hari lalu

Sampah sachet dari lima perusahaan mencemari perairan Jakarta. Foto Tim Brand Audit
Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

Dari total timbunan sampah plastik, ditaksir sekitar 14-16 persen itu berupa sachet dan pouch.