TEMPO.CO, Jakarta - Sepasang bayi panda raksasa kembar mati karena berbagai komplikasi organ yang disebabkan oleh alergi parah, demikian Pusat Penelitian dan Penangkaran Panda Raksasa Chengdu di Provinsi Sichuan, Cina, demikian dilaporkan Xinhua, Selasa, 7 Juli 2020.
Pada 26 April 2020, dua bayi panda yang diberi nama Liuliu dan Shunshun itu mulai mengalami diare akut dan menolak makan. Mereka segera diisolasi dan diberi serangkaian perawatan komprehensif, termasuk pengobatan antiinfeksi rutin dan bantuan nutrisi.
Namun, keduanya mengalami reaksi alergi yang parah selama perawatan, termasuk penonjolan bola mata, busung pada bawah leher (bottle jaw), pembengkakan lidah dan anus, serta apnea.
Kedua panda sempat melewati kondisi kritis setelah serangkaian pengobatan antialergi awal, namun kondisinya kembali memburuk selama tahap perawatan lanjutan. Liuliu dan Shunshun akhirnya mati karena berbagai komplikasi organ, masing-masing pada 11 dan 20 Mei 2020.
Reaksi alergi pada panda raksasa sesekali terjadi dalam perawatan klinis, tetapi jenis alergi parah dan berulang seperti ini sangat jarang terjadi, kata pihak pusat penelitian tersebut.
Tim dokter hewan di pusat penelitian itu telah mengumpulkan sampel dan bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian untuk mengidentifikasi penyebab alergi dan mencari solusi pengobatan terbaik. Panda kembar itu lahir pada 11 Oktober 2019.