TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan produk elektronik PT Sharp Electronics Indonesia mengungkap tantangan dan strategi selama pandemi Covid-19. National Sales Senior General Manager Andry Adi Utomo mengaku kalau perusahaannya tak terlepas dari dampak wabah penyakit itu.
Dalam Web Conference Sharp Indonesia dan peluncuran produk lemari es terbaru seri Kirei III, Rabu 8 Juli 2020, Andry menjelaskan bahwa industri elektronik pemberi kontribusi 19,86 persen GDP di Indonesia. Industri yang sama kini terdampak nomor tujuh terbesar dari pagebluk setelah penerbangan, hotel, hiburan, otomotif, garmen, dan ritel.
“Berdasarkan data yang kami miliki, 97 persen orang aware terhadap Covid-19, sedang mereka yang takut menjadi pengangguran sampai 93 persen dan khawatir terkena krisis akibat Covid-19 mencapai 94 persen,” ujar dia.
Bagi Sharp, dampak itu mulai dari penurunan penjualan, kesulitan distribusi barang setengah jadi dan barang jadi karena adanya kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB), dan banyak ritel tutup. Andry menyebut penjualan periode Maret-Mei 2020 paling terpukul. “Pasar AC drop hampir 20 persen, lemari es hampir 10 persen turunnya, mesin cuci hampir 5 persen turun, dan LED TV turun 17 persen jika dibandingkan tahun lalu.”
Sharp, kata Andry, menghadapinya dengan strategi operasional sesuai aturan PSBB, protokol cuci tangan, pakai masker, asupan vitamin, dan melakukan disinfeksi menggunakan disinfektan. Sharp juga fokus pada penjualan online.
“Kita dan tim menganalisa kebutuhan pasar, kita berikan dukungan suplai penjualan online, maka itu kami berkali-kali melakukan review dan checking mengenai kebutuhan pasar, sehingga plan kami sesuai,” kata Andry.
Selain itu, Sharp juga mencoba menawarkan produk-produk yang sesuai dengan era new normal. Selain lemari es kapasitas besar untuk menyimpan stok makanan dan minuman karena mengurangi bepergian ke luar rumah, dia menunjuk produk lain seperti Air Purifier, air conditioner AC, Refrigerator, Vacum Blender, dan Super Heated Steam oven.
“Itu kebutuhan yang banyak dibeli oleh konsumen yang berhubungan dengan kesehatan,” ujar Andry. Sementara dari segi gaya hidup, banyak karyawan yang bekerja dari rumah membutuhkan perangkat seperti Dynabook, smartphone, LED TV dan Ches Freezer. “Pasar TV ini sempat turun tapi banyak yang di rumah dan memerlukan TV baru, akhirnya naik kembali,” kata dia menuturkan.
Selain beralih ke bisnis online, Sharp juga melakukan beberapa promosi dengan membuat eksibisi virtual karena tidak bisa dilakukan secara langsung yang melibatkan banyak orang. cara itu disebutnya sudah digelar di beberapa kota mulai dari Jakarta, Serang, Garut, dan Purwokerto.
Vice President PT Sharp Electronics Indonesia Shigeo Noma, mengaku Sharp sempat mengurangi jam kerja dan menutup pabrik selama 5 hari pada Mei lalu untuk mendukung upaya pengendalian penularan virus corona Covid-19. Sedangkan di lapangan, Sharp juga menerapkan jaga jarak antar pekerja 1,5 meter, memakai masker, mengukur temperatur suhu. Seluruhnya disebutnya agar produksi tetap stabil.
“Begitu juga dengan di kantor, sama dengan di lini produksi kami menjaga jarak antar karayawan dengan menjauhkan jarak meja 1,5 meter,” ujar Noma menambahkan. “Kami juga memasang pembatas bening untuk mencegah penyebaran, di meeting room juga diberikan tanda silang untuk social distancing.”