TEMPO.CO, Sampit - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, menerima laporan dari masyarakat tentang kemunculan beruang madu di tiga lokasi berbeda. Petugas mengantisipasi potensi konflik satwa tersebut dengan masyarakat karena beruang madu (Helarctos malayanus) berstatus hewan dilindungi dan populasinya semakin terancam.
"Kami segera mengecek ke lokasi," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Jumat 10 Juli 2020.
Kemunculan beruang di dua lokasi berbeda dilaporkan warga pada 1 Juli lalu, sedangkan satu laporan lainnya pada 7 Juli. Warga melapor karena khawatir beruang madu semakin sering muncul dan menyerang. Sejauh ini isi laporan serupa, beruang muncul dianggap merusak pohon atau tanaman dan memakan buah milik warga.
Laporan pertama tentang kemunculan beruang madu disampaikan warga bernama Munawir di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan--sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kota Sampit. Beruang terlihat di belakang rumah warga setempat sedang memakan tanaman buah milik warga.
Laporan kedua disampaikan Yustinus di Desa Sebabi, Kecamatan Telawang, Kabupaten Kotawaringin Timur, yang berjarak perjalanan dua jam dari pusat Kota Sampit. Beruang disebutkan muncul di belakang rumahnya, merusak pohon kelapa, dan memakan buah nangka miliknya. Menurut Yustinus, kejadian telah berulang setiap masuk musim kemarau seperti sekarang. Pada tahun lalu, Yustinus juga pernah melapor.
Laporan ketiga datang dari Desa Selunuk Kecamatan Seruyan Raya Kabupaten Seruyan. Pelapornya adalah Roby, camat setempat. Beruang disebutkan merusak dan memakan pohon buah milik warga.
"Kenapa banyak laporan beruang mendekati pemukiman? Kejadian berulang tiap tahun karena musim kemarau, satwa liar biasanya masuk ke sekitar pemukiman, ladang atau kebun untuk mencari makan dan minum," kata Muriansyah menjelaskan.
Seorang warga melihat perangkap beruang madu yang dipasang di Kampung Sengkemang, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, Selasa, 7 Juli 2020. Kredit: ANTARA FOTO/FB Anggoro
Muriansyah mengimbau warga Kotawaringin Timur, terutama warga yang tinggal di perumahan di pinggiran Kota Sampit yang masih banyak semak belukarnya agar tidak membuang sampah sembarangan. "Karena itu sama saja mengundang satwa liar, khususnya Beruang datang ke tempat tersebut," kata dia.
Terpisah, petugas Balai Besar KSDA Riau juga sedang menghadapi isu yang sama di Kampung Sengkemang, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak. Mereka bahkan sudah memasang perangkap berupa kerangkeng besi.
"Beberapa hari ini dikabarkan dua ekor beruang, diduga induk dan anak, berkeliaran di pemukiman penduduk dan telah memangsa tujuh ekor ayam milik warga," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono., Selasa lalu. Di lokasi ini, Suharyono menjelaskan, telah ditemukan bekas cakaran di kandang ayam dan di pohon manggis serta sarang atau tempat tidur di belakang salah satu rumah warga.