TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melaporkan bahwa fenomena Matahari berada tepat di atas Kabah Rabu sore, 15 Juli 2020, pukul 16.27 WIB, merupakan yang kedua sepanjang tahun ini. Sebelumnya, fenomena yang bisa dimanfaatkan untuk menentukan atau kalibrasi arah kiblat salat bagi umat muslim ini terjadi pada 27 Mei 2020 lalu.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa LAPAN Andi Pangerang menerangkan bahwa Matahari berada di atas Kabah terjadi karena sumbu rotasi Bumi yang miring 66,6 derajat terhadap orbit bumi. Keterangannya itu termuat dalam laman Edukasi Sains LAPAN, Selasa 14 Juli 2020
“Sehingga mengalami pergerakan semu tahunan yang bervariasi antara 23,4 derajat Lintang Utara pada 21 Juni hingga 23,4 derajat Lintang Selatan pada 21 Desember,” tulis Andi.
Secara geografis, Ka’bah terletak di posisi 21,42 derajat Lintang Utara dan 39,83 derajat Bujur Timur, sehingga ada waktu ketika Matahari terletak di atas Kabah saat tengah hari. Fenomena ini mempunyai banyak sebutan di antaranya, Qibla Day atau Hari Kiblat, Istiwa'ul atau Great Culmination of Mecca atau Kulminasi Agung Mekkah, Global Rashdul Qibla atau Hari Meluruskan Kiblat Global dan Tropic Mecca.
Rasdul Qiblah secara harfiah bermakna meluruskan kiblat. Selain Rasdul Qiblah Global, ada juga Rasdul Qiblah Harian atau Lokal di mana Matahari terletak pada jalur yang menghubungkan Kabah dengan tempat tersebut sehingga waktu terjadinya bisa berubah-ubah setiap hari. “Menentukan arah kiblat menggunakan Kulminasi Agung ini terbilang cukup mudah dan pastinya murah,” kata Andi.
Yang perlu diketahui, Andi menambahkan, hasil penentuan arah kiblat juga cukup akurat, bahkan lebih akurat dibandingkan jika memakai alat bantu seperti halnya kompas. “Ini dikarenakan kompas dipengaruhi oleh medan magnet alami maupun buatan sehingga dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran,” kata Andi.