TEMPO.CO, Jakarta - Raksasa farmasi China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dilaporkan telah menyuntikkan vaksin yang sedang dikembangkan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 kepada para karyawannya. Itu dilakukan sebelum perusahaan milik pemerintah Cina itu mengantongi izin untuk uji klinis.
"Memberikan bantuan dalam menempa pedang kemenangan," cuit sebuah unggahan online dari Sinopharm yang berbasis di Beijing, seperti dikutip Fox News, Kamis 16 Juli 2020. Unggahan disertai gambar-gambar pekerja yang dituliskan 'membantu pre-test vaksin'.
Sinopharm mengklaim bahwa 30 sukarelawan itu setuju untuk disuntik dengan kandidat vaksin Covid-19 leibih dini. Unggahan perusahaan juga mengutip 'semangat pengorbanan' dari tujuh pria terdiri dari ilmuwan, pengusaha, dan satu pejabat Partai Komunis.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan University of New Haven, Amerika Serikat, Summer McGee menerangkan tinjauan etika penelitian yang mungkin dilanggar Sinopharm. Dia menegaskan, persetujuan untuk semua peserta yang mengikuti vaksin atau percobaan terapeutik adalah etika minimum untuk setiap penelitian.
"Cina harus memastikan persidangannya sehat dan tidak mengeksploitasi siapa pun agar hasilnya valid dan diterima di seluruh dunia," kata dia.
Saat ini Cina berada di antara barisan terdepan dalam upaya menghadirkan vaksin Covid-19--penyakit yang telah menjangkiti lebih dari 13,6 juta orang di seluruh dunia per hari ini. Sebanyak delapan dari hampir dua lusin vaksin potensial yang sudah dalam berbagai tahap pengujian manusia berasal dari negeri itu.
Sinopharm sendiri belakangan mengumumkan persetujuan untuk memulai uji klinis tahap akhir melibatkan 15 ribu sukarelawan di Abu Dhabi. Menurut pejabat dari Timur Tengah, hal itu menjadikan Cina dan Uni Emirat Arab yang pertama di dunia untuk menguji vaksin dari virus corona yang sudah dilemahkan.
Cina menuangkan sumber dayanya ke dalam teknik pengujian yang menumbuhkan seluruh virus di laboratorium, kemudian membunuhnya. Lalu, menggunakan virus yang mati itu untuk memicu respons kekebalan manusia, mirip dengan teknik di balik vaksin polio.
"Seluruh dunia bekerja dengan kecepatan sangat tinggi untuk mengembangkan vaksin, tapi bahkan dalam pandemi global, ini bukan saatnya untuk mengambil jalan pintas," kata McGee memperingatkan.
Meskipun ada masalah etika, ratusan karyawan Sinopharm, termasuk petinggi eksekutifnya, dilaporkan telah menerima uji coba vaksin sebelum persetujuan. Kelompok anak usaha Sinopharm juga dilaporkan telah mulai membangun pabrik yang mampu menghasilkan lebih dari 200 juta dosis vaksin potensial setiap tahun.
FOX NEWS | REUTER | FORTUNE