TEMPO.CO, Jakarta - Sidang gugatan WhatsApp dan perusahaan induknya, Facebook, terhadap perusahaan perangkat lunak Israel, NSO Group, berlanjut. Dalam semacam putusan sela yang diberikannya, hakim pengadilan federal Amerika Serikat memutuskan menerima gugatan itu dan menolak argumen dari NSO.
Seperti dikutip dari Tech Crunch, Sabtu 18 Juli 2020, putusan itu dibuat Ketua Hakim Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Distrik Utara California, Phyllis Hamilton. Dia membantah sebagian besar argumen yang dibuat NSO Group ketika mengajukan mosi untuk menolak gugatan tersebut pada April dengan memutuskan perusahaan itu gagal memenuhi syarat.
Adapun gugatan dilayangkan WhatsApp dan Facebook pada Oktober tahun lalu. Saat itu keduanya menyatakan bahwa NSO Group mengeksploitasi kerentanan panggilan audio dalam aplikasi pengiriman pesan tersebut. Perusahaan asal Israel itu dilaporkan mengirim malware ke sekitar 1.400 perangkat seluler, termasuk milik wartawan, aktivis hak asasi manusia, politikus, diplomat, dan pejabat pemerintah.
WhatsApp dan Facebook juga melaporkan program data Pegasus yang dikembangkan NSO Group. Program itu dituding mengekstrasi data, termasuk pesan, riwayat peramban dan kontak, dari ponsel dan menjualnya kepada pelanggan, termasuk Kerajaan Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Meksiko.
Dalam mosi untuk menolak gugatan tersebut, satu argumen NSO Group adalah bahwa urusan bisnisnya dengan pemerintah asing kebal dari tuntutan hukum yang diajukan di pengadilan AS di bawah Undang-Undang Kekebalan Negara Asing (FSIA). Alasannya, NSAO Group menggunakan teknologinya dalam bisnis yang memerangi terorisme dan kejahatan serius lainnya.
Juru bicara WhatsApp menyatakan menyambut baik putusan dari hakim pengadilan. Dia yakin NSO Group terlibat dalam perilaku yang melanggar hukum. "Keputusan itu juga mengkonfirmasi bahwa WhatsApp akan dapat memperoleh dokumen yang relevan dan informasi lain tentang praktik NSO," katanya kepada Tech Crunch.
NSO Group menolak memberikan komentar kepada Tech Crunch. Mengutip keterangan saat gugatan diajukan pada Oktober lalu, wakil perusahaan Israel itu mengatakan, "Sekuat mungkin kami membantah tuduhan itu dan akan melawan mereka."