Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banjir Bandang Luwu Utara, Lapan Ungkap Anomali Musim

image-gnews
Warga mengangkat barang miliknya melewati material lumpur dan potongan batang pohon di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu, 18 Juli 2020. Pascabanjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Warga mengangkat barang miliknya melewati material lumpur dan potongan batang pohon di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Sabtu, 18 Juli 2020. Pascabanjir bandang sejumlah warga yang terdampak mulai mengambil barangnya yang masih bisa digunakan. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Tim riset Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menganalisis hujan lebat yang disusul kejadian banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, pada 13 Juli 2020. Hujan yang terjadi terkait anomali musim yang disebut kemarau basah.

Sebelum banjir bandang itu hujan turun secara persisten atau terus menerus sejak 12 Juli siang hingga 13 Juli pagi. Hujan berlanjut dengan intensitas sedang pada siang hingga sore hari. “Akumulasi hujan harian berdasarkan pantauan satelit hujan GSMap pada 13 Juli 2020 mencapai 60 milimeter,” kata Erma Yulihastin, peneliti Klimatologi Lapan, Sabtu 18 Juli 2020.

Hujan persisten selama musim kemarau di Sulawesi Selatan itu tidak biasa. Perkiraannya puncak hujan seperti itu terjadi pada April dan Desember. “Hal itu menunjukkan kondisi anomali musim yang disebut dengan kemarau basah,” ujarnya lewat keterangan tertulis.

Tim yang juga terdiri antara lain Wendi Harjupa sebagai Koordinator Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) Lapan dan profesor meteorologi Lapan Eddy Hermawan menemukan fakta lain. Berdasarkan prediksi cuaca Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA)–Lapan, hujan yang turun secara persisten itu terkonsentrasi di sekitar Teluk Bone.

Penguatan monsun timuran yang membawa kelembaban kemudian terjadi karena penghangatan suhu permukaan laut di Teluk Bone dan pembentukan sirkulasi tekanan rendah di Selat Makassar. Bentuk garis pantai yang cekung ikut berperan mengonsentrasikan hujan diurnal atau harian di sekitar Teluk Bone atau Luwu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemarau basah pada tahun ini, menurut tim Lapan, dipicu oleh tiga faktor utama. Pertama, fenomena daerah pertemuan massa udara antartropis atau yang dikenal  Intertropical Convergence Zone (ITCZ) ganda yang sering terbentuk sejak Mei hingga Juli.

Faktor kedua adalah aktivitas gelombang atmosfer yang menjalar dari utara ke selatan yang berkaitan dengan aktivitas musim panas bernama Boreal Summer Intra-seasonal Oscillation (BSISO) di Samudera Hindia pada 12-13 Juli. Fenomena itu mempengaruhi pembentukan konvergensi luas yang memanjang dari Samudera Hindia hingga wilayah Sulawesi.

Ketiga, pemanasan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia yang terkonsentrasi di Laut Maluku, Arafuru, dan Teluk Bone. Prediksi musim Lapan menunjukkan wilayah Sulawesi masih harus waspada terhadap potensi kejadian ekstrem hingga pertengahan Juli. Sementara mulai Agustus wilayah Sulawesi akan lebih kering dan kembali basah dengan potensi hujan ekstrem pada September 2020.

ANWAR SISWADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

1 hari lalu

Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN.


Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

2 hari lalu

Petugas membawa anjing pelacak mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

Faktor utama pemicu longsor adalah curah hujan yang lebat.


Sembilan Orang Hilang Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Bandung Barat

4 hari lalu

Petugas penyelamat mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
Sembilan Orang Hilang Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Bandung Barat

Banjir dan tanah longsor di Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, membuat sejumlah warga hilang dan rumah rusak. Evakuasi masih berlangsung.


Banjir Bandang Sergap Cipongkor Bandung Barat Jelang Tengah Malam

4 hari lalu

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Banjir Bandang Sergap Cipongkor Bandung Barat Jelang Tengah Malam

Banjir bandang menyergap Kampung Joglo, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Akibat hujan dengan intensitas tinggi.


Jokowi Soroti Pembalakan Hutan Sebagai Penyebab Banjir Demak

7 hari lalu

Presiden Jokowi setelah meninjau Korban Banjir di SMK Ganesa, Kec. Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada Jumat, 22 Maret 2024. Foto Tangkap layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Soroti Pembalakan Hutan Sebagai Penyebab Banjir Demak

Jokowi menyarankan pemda melakukan penanaman, penghutanan kembali, hingga pengalihan lahan untuk solusi jangka panjang atasi banjir demak.


Jokowi Tinjau Langsung Banjir Demak pada Pagi Ini

7 hari lalu

Presiden Joko Widodo tiba di Pangkalan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat, 22 Maret 2024, untuk kemudian mengunjungi lokasi banjir Demak. Foto Sekretariat Presiden
Jokowi Tinjau Langsung Banjir Demak pada Pagi Ini

Presiden Jokowi meninjau langsung lokasi terdampak banjir di Kabupaten Demak.


Tanggul Jebol dan Banjir Bandang Demak, Jokowi Instruksikan Ini ke Menteri PUPR

7 hari lalu

Foto udara permukiman warga terendam banjir di samping Sungai Wulan yang tanggulnya jebol di permukiman yang terendam banjir di Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. Banjir yang kembali melanda Kabupaten Demak itu karena curah hujan tinggi yang menyebabkan sejumlah tanggul sungai jebol sehingga mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir di 89 desa dari 11 kecamatan, 24.946 jiwa mengungsi, serta terputusnya jalur utama pantura Demak-Kudus. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Tanggul Jebol dan Banjir Bandang Demak, Jokowi Instruksikan Ini ke Menteri PUPR

Jokowi menargetkan penutupan tanggul Sungai Wulan di Dukuh Norowito, Desa Ngemplik Wetan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, rampung hari ini.


Banjir dan Tanah Longsor Pesisir Selatan, Masa Tanggap Darurat Diperpanjang 14 Hari ke Depan

8 hari lalu

Tim SAR melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun longsor di Langgai, Gantiang Mudiak Utara Surantiah, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 12 Maret 2024. Pencarian ini sudah memasuki hari ke-6 dengan jumlah korban yang sudah temukan sebanyak 7 dari 10 orang. TEMPO/Fachri Hamzah
Banjir dan Tanah Longsor Pesisir Selatan, Masa Tanggap Darurat Diperpanjang 14 Hari ke Depan

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengaku sudah melakukan banyak hal. Kerugian yang dialami warganya masih didata.


Cerita Masyarakat yang Kehilangan Rumahnya Akibat Banjir Bandang di Pesisir Selatan

14 hari lalu

Isal, warga Nagari Ganting Mudiak Selatan, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, yang kehilangan rumahnya akibat banjir pada Kamis, 7 Maret 2024 lalu. Foto: TEMPO/Fachri Hamzah.
Cerita Masyarakat yang Kehilangan Rumahnya Akibat Banjir Bandang di Pesisir Selatan

Prediksi awal kalau banjir tidak akan besar membuat Isal tidak mempersiapkan apa-apa.


Kampung Langgai Sumatra Barat Masih Terisolir Seminggu Setelah Diterjang Banjir Bandang

14 hari lalu

Warga memanggul karung berisi bantuan untuk korban banjir bandang dan longsor di Langgai, Gantiang Mudiak Utara Surantiah, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 12 Maret 2024. Akses menuju lokasi bencana tersebut yang terputus membuat warga kesulitan mendapatkan bantuan. TEMPO/Fachri Hamzah.
Kampung Langgai Sumatra Barat Masih Terisolir Seminggu Setelah Diterjang Banjir Bandang

Sepanjang jalan menuju Langgai, masih banyak lumpur yang dibawa banjir bertumpuk di depan rumah warga.