TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan wilayah Sukabumi dan Banten di bagian barat Jawa mengalami peningkatan aktivitas gempa dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat setempat diharap menyadarinya dan melakukan antisipasi dengan mendirikan bangunan tahan gempa.
Jika ada warga yang belum mampu membangun rumah tahan gempa dengan struktur yang kuat maka ada pilihan lain yaitu membangun rumah dari bahan ringan seperti kayu dan bambu yang didesain menarik. "Inilah cara agar kita dapat harmoni dengan alam yang rawan gempa sehingga dapat selamat," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, 22 Juli 2020.
Tingkat kerawanan itu didukung catatan BMKG bahwa Provinsi Jawa Barat paling aktif kejadian gempa bumi di Pulau Jawa dalam dua tahun terakhir. Sumbernya bukan hanya zona megathrust atau pertemuan dua lempeng benua di laut selatan Jawa, tapi juga sesar lokal seperti yang memicu gempa Sukabumi pada Selasa malam.
Data BMKG menunjukkan sejak Januari 2020 hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 35 aktivitas gempa di Jawa Barat dan Banten yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat. Dia meminta masyarakat daerah setempat selalu waspada.
"Warga harus memahami cara selamat saat terjadi gempa," kata dia sambil menambahkan, "Aktivitas gempa sebenarnya tidak membunuh dan melukai, tetapi rumah tembok dengan struktur lemah dapat roboh dan menimpa penghuninya."
Sebelumnya, pada 17 Juli 2020, BMKG juga mengungkap catatannya bahwa ada peningkatan aktivitas gempa bumi yang signifikan di wilayah Pulau Jawa secara keseluruhan selama tiga pekan terakhir. BMKG saat itu secara khusus menunjuk aktivitas kegempaan di sepanjang selatan Jawa.
Dua peringatan itu juga merangkai peringatan sebelumnya tentang klaster atau kelompok aktivitas gempa yang lebih aktif di wilayah selatan Pacitan, Jawa Timur, daripada wilayah sekitarnya. Tidak hanya gempa yang tergolong dangkal atau kurang dari 60 kilometer, aktivitas gempa berkedalaman menengah dari 60 hingga 300 kilometer pun meningkat di sana.
Imbauannya sama, masyarakat perlu memahami cara selamat saat terjadi gempa. Di antaranya dengan menyiapkan bangunan tahan gempa dan membuat tata ruang pantai berbasis risiko bencana tsunami, termasuk memahami konsep evakuasi mendiri.