4. Pro-kontra klepon tidak Islami
Pro-kontra awal dari postingan klepon tidak islami adalah tidak semua percaya bahwa unggahan itu benar. Lalu ada beberapa yang mencoba membangun klarifikasi seperti dari @pinotski yang membagikan klarifikasi bahwa foto tersebut diambil oleh @ditut pertama kali.
Gambar flyer 'anti-klepon' ini ternyata cukup sukses mewarnai timeline twitter. “Mereka yang pro dan kontra sama-sama membagikan gambar yang sama. Ini memperlihatkan hal tampaknya sederhana tapi kontroversial dengan mudah akan menyulut kegaduhan,” tulis Ismail.
Hal yang sama juga bisa dilihat di Instagram, tapi ada banyak juga foto klepon betulan yang tidak ada hubungannya dengan flyer 'anti klepon' tersebut.
5. Pengaruh residu Pilpres 2019
Menurut Ismail, bagi mereka yang senang dengan isi flyer itu, keyword yang sering dituliskan adalah ‘kadrun’. Banyak yang percaya kalau kelompok ini yang membuat flyer. Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri.
Residu pemilihan presiden (pilpres) diduganya masih sangat kuat dan tercermin dari dampak postingan kelpon. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua klaster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. “Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang’,” kata Ismail.
Ismail menambahkan, flyer yang menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok, merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua klaster residu pilpres tersebut.
“Dalam kondisi seperti ini, siapa yang mengedepankan akal, pikiran dan moral, serta yang pro NKR|, yang akan bisa membedakan mana yang benar dan salah. Lainnya akan mudah hanyut terbawa isu,” ujar Ismail.