Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Nyamuk Berevolusi Gigit Manusia Gara-gara Cari Air

Reporter

image-gnews
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi menunjukkan nyamuk berevolusi menggigit manusia jika mereka tinggal di tempat-tempat dengan musim kering yang intens. Ini karena nyamuk butuh air untuk berkembang biak dan menjadi berbaur dengan manusia karena adanya simpanan air dalam jumlah besar.

Banyak jenis nyamuk menggigit beragam jenis hewan, tapi beberapa hanya suka manusia dan tidak ada yang tahu kenapa hingga kini. Nyamuk jenis Aedes aegypti kerap hanya menggigit dan mengisap darah manusia dan karenanya menyebabkan penyakit seperti Zika, demam berdarah, dan demam kuning. Tapi beberapa populasi spesies yang hidup di Afrika memiliki diet yang luas.

"Belum ada yang benar-benar meneliti dan mangkarakterisasi secara sistematis variasi perilaku di Afrika itu," kata Noah Rose di Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat. Untuk melakukannya, dia dan sejumlah rekan peneliti mengumpulkan telur nyamuk A. aegypti dari 27 situs di sub-Sahara Afrika dan membiakkannya di laboratorium.

Rose dkk lalu menempatkan nyamuk peliharaan itu dalam sebuah kamar di mana para serangga itu bisa menangkap bau manusia ataupun hewan--babi atau burung puyuh–untuk melihat mana yang dipilih nyamuk untuk digigit. Yang didapati adalah pereferensi yang sangat variatif.

Para peneliti lalu membangun sebuah model untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi preferensi pilihan nyamuk-nyamuk itu. Nyamuk yang tinggal di area-area di mana musim keringnya panjang dan intens, berdasarkan model itu, cenderung memilih manusia. Ada juga pengaruh urbanisasi meski tidak besar, yakni nyamuk di kota cenderung pilih manusia.

Menurut Rose, musim kering yang panjang adalah masalah untuk nyamuk A. aegypti. Alasannya, nyamuk jenis ini bergantung pada air yang tenang atau genangan sebagai tempat untuk membesarkan bayinya atau jentik. Tapi manusia sering menciptakan sumber air seperti itu, apakah berupa tempat-tempat penampungan air hujan atau irigasi ke areal tanaman. Nyamuk yang hidup ribuan tahun lalu, kata Rose, mungkin telah datangi ke tempat-tempat itu kemudian berevolusi menggigit manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Ceritanya bisa berbeda untuk nyamuk Anopheles yang menyebarkan malaria," kata Rose. Dia menerangkan, nyamuk-nyamuk jenis ini memiliki siklus hidup yang berbeda. “Yang dewasa bisa ke fase estivasi di mana mereka mengering melalui musim kering."

Model itu menduga akan ada lebih banyak populasi A. aegypti yang akan mulai memilih manusia antara sekarang dan 2050. Urbanisasi di Afrika juga berkembang dan ini diperkirakan bisa berdampak kuat bagi evoluasi nyamuk.

Yang mengejutkan, perubahan iklim tidak membuat perbedaan besar selama tiga dekade ke depan. Sebabnya, Rose menjelaskan, perubahan iklim diprediksi tidak mengubah musim kering Afrika secara drastis.

NEW SCIENTIST

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fenomena Hujan di Musim Kemarau Sebagai Anomali, Apa Itu Anomali Cuaca?

12 jam lalu

Ilustrasi olah raga lagi saat hujan turun. Foto : Shutterstock
Fenomena Hujan di Musim Kemarau Sebagai Anomali, Apa Itu Anomali Cuaca?

Kadang-kadang cuaca bisa menjadi sangat tidak biasa atau tidak sesuai dengan yang diharapkan. Fenomena ini dikenal sebagai anomali cuaca.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

1 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


Paling Kering di Sumsel, Ogan Komering Ilir Tercatat 70 Hari tanpa Hujan

1 hari lalu

Ilustrasi. Lahan pertanian yang mengalami kekeringan atau kesulitan irigasi di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/Hery Sidik)
Paling Kering di Sumsel, Ogan Komering Ilir Tercatat 70 Hari tanpa Hujan

Hal itu tampak dalam monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) hingga 20 September 2023.


Saat Banyak Wilayah Kekeringan, Banjir Landa 5 Kecamatan di Pasaman Barat Sumbar

2 hari lalu

Warga korban banjir bandang mengungsi di Jorong Kampuang Padang Paraman Dareh, Nagari Air Manggis, Lubuak Sikapiang, Pasaman, Sumatera Barat, 16 Desember 2015. Menurut data dari TNI sebanyak 27 unit rumah rusak, tiga diantaranya rusak berat, puluhan hektar sawah rusak, serta sejumlah ternak terseret arus banjir bandang yang terjadi pada Selasa (15/12) sore. ANTARA/Muhammad arif Pribadi
Saat Banyak Wilayah Kekeringan, Banjir Landa 5 Kecamatan di Pasaman Barat Sumbar

Saat sebagian besar wilayah Indonesia kekeringan, banjir justru melanda sejumlah lokasi di lima kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat.


Kekeringan di Bali Meluas dari 14 Jadi 15 Kecamatan, Dampak 80 Hari Tiada Hujan

2 hari lalu

Ilustrasi kekeringan. (ANTARA/Mohammad Ayudha/dok)
Kekeringan di Bali Meluas dari 14 Jadi 15 Kecamatan, Dampak 80 Hari Tiada Hujan

BMKG Denpasar menyebutkan kekeringan di Bali meluas dari sebelumnya 14 menjadi 15 kecamatan, karena selama 80 hari tidak turun hujan.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

2 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.


Derita Kekeringan Petani Lumajang, 'Sakramen' dan Persamuhan Itu

2 hari lalu

Lahan pertanian mengalami kekeringan dan tidak ditanami di Desa Boreng, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang. Foto: David Priyasidharta
Derita Kekeringan Petani Lumajang, 'Sakramen' dan Persamuhan Itu

Para petani menyoal kerusakan irigasi yang menambah persoalan mereka di tengah kekeringan di Lumajang. Bupati Lumajang berjanji segera menyelesaikan.


Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

3 hari lalu

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa usai menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Agustus 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa

Gubernur Jawa Timur meminta para petani di Kabupaten Lumajang belajar ke para petani di daerah Mataraman untuk mengatasi masalah kekeringan.


Kekeringan di Bekasi Makin Meluas, Sudah Melanda 46 Desa di 10 Kecamatan

3 hari lalu

Air yang keluar dari pipa saat disaring karena menghitam dan kotor di Desa Sukaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 10 September 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Kekeringan di Bekasi Makin Meluas, Sudah Melanda 46 Desa di 10 Kecamatan

Jumlah warga Kabupaten Bekasi terdampak kekeringan, yakni 49.892 KK atau sekitar 167.880 jiwa.


Cerita Soal Penimbun Air Bantuan, Punya Tandon Besar saat Warga Lain Kekurangan

3 hari lalu

Ilustrasi air bersih.
Cerita Soal Penimbun Air Bantuan, Punya Tandon Besar saat Warga Lain Kekurangan

"Kami mohon kepada masyarakat janganlah dengan situasi seperti ini menimbun air."