TEMPO.CO, Bandung - Gempa tektonik mengguncang Kota Sukabumi, Selasa pagi 28 Juli 2020. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat lindu terjadi pukul 09.00 WIB dengan kekuatan 4,1 Magnitudo. Potensi tsunami dinyatakan nihil.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, pusat sumber gempa atau episentrum berada di koordinat 7,89 LS dan 107,00 BT. “Tepatnya berlokasi di laut berjarak sekitar 108 kilometer arah tenggara Kota Sukabumi,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya, Selasa.
Gempa tergolong dangkal dengan kedalaman sumber 19 kilometer. “Akibat penyesaran dalam lempeng (intraplate) subduksi lempeng Indo-Australia yang menyelusup menunjam ke bawah lempeng Eurasia,” ujarnya.
Dampak gempa berdasarkan peta tingkat guncangan BMKG dan laporan masyarakat berupa guncangan terasa cukup kuat di daerah Tegalbuleud. Skala intensitas gempanya mencapai III MMI yang artinya gempa dirasakan orang di dalam rumah dengan getaran seakan ada truk yang berlalu.
Sejauh ini BMKG belum mendapat laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut. Hingga pantauan BMKG pukul 09:48 WIB pun nihil gempa susulan. BMKG meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Baru pada pekan lalu, BMKG mengatakan bahwa wilayah Sukabumi dan Banten di bagian barat Jawa mengalami peningkatan aktivitas gempa dalam beberapa tahun terakhir. Masyarakat setempat diharap menyadarinya dan melakukan antisipasi dengan mendirikan bangunan tahan gempa.
Tingkat kerawanan itu didukung catatan BMKG bahwa Provinsi Jawa Barat paling aktif kejadian gempa bumi di Pulau Jawa dalam dua tahun terakhir. Sumbernya bukan hanya zona megathrust atau pertemuan dua lempeng benua di laut selatan Jawa, tapi juga sesar lokal seperti yang memicu gempa Sukabumi pada Selasa malam sepekan lalu.