TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi dari Chicago, Amerika Serikat, mengungkap dugaan bahwa anak-anak di bawah usia lima tahun atau balita mungkin membawa 10 hingga 100 kali lebih banyak virus corona di hidung dan tenggorokannya daripada orang dewasa yang terinfeksi. Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal JAMA Pediatrics, Kamis 30 Juli 2020.
Hasil penelitian itu menunjukkan anak-anak di bawah 5 tahun dengan gejala Covid-19 ringan hingga sedang memiliki viral load SARS-CoV-2 yang tinggi dalam nasofaring--tenggorokan bagian atas yang terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut.
Viral load itu dibandingkan dengan anak di atas balita dan orang dewasa. Hasilnya, balita berpotensi menjadi pendorong penting penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 dalam populasi umum. "Seperti yang ditunjukkan dengan virus syncytial pernapasan, di mana anak-anak dengan viral load yang tinggi lebih mungkin untuk menularkan," catat para peneliti, seperti dikutip laman Fox News, Minggu, 2 Agustus 2020.
Laporan itu menyebutkan, meskipun temuan tidak sampai membuktikan penularan dari anak-anak yang terinfeksi Covid-19, studi pediatrik lainnya menemukan korelasi antara adanya kadar asam nukleat yang lebih tinggi dengan kemampuan menumbuhkan virus yang menular.
Penelitian dilakukan 23 Maret-27 April dipimpin oleh Taylor Heald-Sargent dari Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie di Chicago. Sebanyak 145 pasien dipisahkan menjadi tiga kelompok sesuai usia.
Kelompok-kelompok ini termasuk: 48 orang dewasa berusia 18 hingga 65 tahun, 51 anak berusia 5 hingga 17 tahun, dan 46 anak di bawah 5 tahun. Tim peneliti melakukan tes usap hidung pada pasien yang menunjukkan timbulnya gejala Covid-19 ringan hingga sedang dalam satu minggu.
Akhirnya, para peneliti menemukan bahwa anak-anak muda memiliki asam nukleat virus yang setara atau lebih di saluran pernapasan atas mereka dibandingkan dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. "Perbedaan bahan yang ditemukan dalam tes mengungkapkan 10-100 kali lipat jumlah SARS-CoV-2 di saluran pernapasan atas anak-anak."
Temuan ini meniadakan kepercayaan sebelumnya bahwa anak-anak tidak memainkan peran utama dalam menularkan virus corona. Para peneliti juga mencatat bahwa penutupan sekolah pada awal respon pandemi telah menggagalkan penyelidikan sekolah dalam skala yang lebih besar sebagai sumber penularan komunitas.
Selain itu, temuan ini mengungkapkan pentingnya memahami potensi penularan pada anak-anak--terutama saat sekolah-sekolah dibuka kembali. Kebiasaan perilaku anak-anak dan tempat tinggal dekat di sekolah, serta tempat penitipan anak meningkatkan kekhawatiran untuk amplifikasi kasus Covid-19 dalam populasi ini, karena pembatasan kesehatan masyarakat dikurangi.
"Selain implikasi kesehatan masyarakat, populasi ini akan menjadi penting untuk menargetkan upaya imunisasi ketika vaksin SARS-CoV-2 tersedia," tulis para peneliti itu.
FOX NEWS | JAMA PEDIATRICS