TEMPO.CO, Yogyakarta - Perkuliahan tahun ajaran baru di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta di masa pandemi Covid-19 bakal ditempuh dengan dua metode bergantung jenis materi perkuliahannya.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Didi Achjari menuturkan pada dasarnya semua kampus di Yogyakarta sepakat mematuhi arahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang intinya meminta perkuliahan di tahun ajaran baru ini tetap dilakukan secara daring (dalam jaringan) guna meminimalisir penularan Covid-19 yang semakin meluas.
Hanya saja, tidak semua kegiatan perkuliahan itu akan dilaksanakan secara daring. Ada beberapa materi yang perlu disampaikan secara langsung atau luring (luar jaringan).
“Untuk beberapa kegiatan seperti praktikum dan lainnya yang memang tidak bisa dilakukan secara daring, tetap dilakukan secara luring dengan protokol kesehatan,” ujar Didi, Selasa, 4 Agustus 2020.
Didi mengatakan pihaknya sudah membahas teknis rencana perkuliahan tahun ajaran baru itu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X akhir Juli lalu.
Menurutnya, di kalangan mahasiswa lama, kecuali ada kegiatan praktikum, kemungkinan besar yang akan mengikuti perkuliahan tatap muka itu relatif sedikit.
Sedangkan untuk mahasiswa baru, dari proses pendaftaran hingga masa orientasi kampus, juga dilakukan secara daring. Pendaftaran mahasiswa baru bisa dilayani melalui Jogjaversitas.id yang memungkinkan proses itu diikuti tanpa harus tatap muka.
“Jadi untuk mahasiswa baru, sampai tahap orientasi kampus juga tidak boleh dilakukan secara fisik, tapi daring,” ujarnya.
Saat ini, ujar Didi, total kampus di bawah koordinasi LLDIKTI Yogyakarta ada 105 kampus, baik swasta maupun negeri.
Total mahasiswa di bawah kendali Kopertis ada 300 ribuan mahasiswa. Ini belum termasuk milik kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sangat banyak dan level siswa yang tidak sedikit.
Didi mengungkapkan, tidak semua kampus juga memiliki fasilitas sama untuk menerapkan perkuliahan secara daring dan luring sepenuhnya.
Ada kampus yang mampu ada pula tidak karena terkendala beberapa hal, seperti ketersediaan ruang perkuliahan untuk metode luring yang mendukung protokol.
“Kami meminta kepada kampus yang ada, jangan memaksakan menyediakan fasilitas jika memang belum siap untuk perkuliahan secara luring,” ujar Didi.
PRIBADI WICAKSONO