TEMPO.CO, Yerusalem - Tim peneliti asal Israel dan Singapura mengembangkan sebuah metode untuk melindungi perangkat rumah pintar (smart home) dari serangan siber, seperti yang dilaporkan Universitas Ben Gurion (BGU) pada Selasa, 4 Agustus 2020.
Metode baru tersebut, yang dikembangkan oleh para peneliti BGU dan Universitas Nasional Singapura (NUS), memungkinkan penyedia layanan telekomunikasi dan internet untuk memantau perangkat rumah yang rentan, kata BGU.
Kemampuan untuk meluncurkan serangan denial of service (DoS) yang didistribusikan secara luas melalui jaringan perangkat yang terkoneksi internet dari perangkat yang diretas merupakan risiko yang meningkat pesat di ranah Internet of Things (IoT).
Serangan masif semacam itu berdampak pada target, serta infrastruktur penyedia layanan telekomunikasi.
Metode baru tersebut, yang dimuat dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Computers & Security, mendeteksi model IoT yang rentan dan terhubung sebelum perangkat tersebut diretas dengan memantau lalu lintas data dari setiap perangkat rumah pintar.
Hal ini memungkinkan perusahaan telekomunikasi untuk memverifikasi apakah model IoT tertentu, yang diketahui rentan terhadap eksploitasi oleh perangkat lunak perusak (malware) untuk serangan siber, terhubung ke jaringan rumah.
Ini membantu perusahaan telekomunikasi mengidentifikasi potensi ancaman terhadap jaringan mereka dan mengambil tindakan pencegahan dengan cepat, seperti mengurangi beban lalu lintas data dalam jumlah besar yang dihasilkan oleh banyak perangkat IoT domestik yang terinfeksi malware.
Pada akhirnya, hal ini dapat mencegah lonjakan traffic gabungan merusak infrastruktur perusahaan telekomunikasi, mengurangi kemungkinan gangguan layanan, serta memastikan ketersediaan layanan yang berkelanjutan.
ANTARA | XINHUA