TEMPO.CO, Jakarta - Saat banyak kalangan menyebut vaksin Covid-19 tidak akan bisa tersedia lebih cepat daripada tahun depan, seorang peneliti di Cina yakin kalau vaksin itu bisa hadir lebih cepat di negaranya yakni pada tahun ini juga. Alasan dia, beberapa vaksin domestik di negerinya itu telah memasuki uji klinis tahap ketiga.
"Kemungkinan Cina sudah memiliki vaksin Covid-19 paling cepat pada akhir Oktober," kata Tao Lina, peneliti vaksin yang berbasis di Shanghai, dikutip media resmi setempat, Kamis 6 Agustus 2020.
Nantinya, Tao Lina menerangkan, sebanyak 220 juta dosis yang akan diproduksi di Cina terlebih dulu disuntikkan kepada staf medis, orang-orang yang bekerja di bandar udara, dan petugas pemeriksaan pos perbatasan. Setelah cadangan untuk kebutuhan dalam negeri dirasa aman, vaksin tersebut baru bisa diekspor ke beberapa negara tujuan potensial, seperti Filipina dan Brasil.
Sehari sebelumnya, China National Biotec Group (CNBG) mengumumkan bahwa ruang produksi inaktif vaksin Covid-19 yang berafiliasi dengan Beijing Institute of Biological Products telah lolos uji nasional. Fasilitas yang diklaim sebagai yang pertama di dunia itu telah siap digunakan.
Beijing Institute, kata CNBG, hanya butuh waktu dua bulan untuk merampungkan bangunan produksi vaksin tersebut pada 15 April. Departemen terkait lalu menguji keamanan biologi fasilitas produksi tersebut pada Juli dengan kesimpulan bahwa fasilitas tersebut memenuhi standar nasional sehingga harus segera beroperasi untuk memproduksi secara massal vaksin Covid-19.
Setelah pabrik di Beijing dan di Wuhan beroperasi, CNBG akan mampu memproduksi 220 juta dosis vaksin Covid-19. Untuk pengembangan vaksin yang akan diproduksinya itu CNBG berafiliasi dengan China National Pharmaceutical Group (Sinoparm), badan usaha milik pemerintah Cina yang bergerak di bidang farmasi.
Sinopharm pada 30 Juli telah meluncurkan uji klinis tahap ketiga atau tahap final Covid-19 di Brasil. Sebelumnya, perusahaan tersebut juga melakukan hal yang sama di Uni Emirat Arab dengan melibatkan 15 ribu sukarelawan lokal, termasuk para ekspatriat.
Perusahaan Jerman BioNTech dan mitranya dari Cina, Shanghai Fosun Pharmaceutical, pada Rabu juga mengumumkan sebanyak 72 partisipan telah diberi suntikan BNT162b1, kandidat vaksin berbasis teknologi mRNA yang mereka kembangkan. Kandidat vaksin itu telah mendapatkan persetujuan dari regulator Cina karena kedua perusahaan tersebut juga mengembangkan kandidat vaksinnya di Cina.
Secara keseluruhan, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina (MIIT) pada akhir Juli menyebutkan bahwa Cina memiliki 13 perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19. Sebanyak sembilan di antaranya sudah mendapatkan persetujuan uji klinis.
KOREKSI:
Artikel ini telah diubah untuk mengoreksi keterangan waktu pada judul, Kamis 6 Agustus 2020, pukul 12.23 WIB.