TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin berharap bandar antariksa Indonesia yang akan dibangun di Kabupaten Biak, Papua, menjadi bandar antariksa ekuator di wilayah Asia Pasifik. Rencananya, program pembangunannya dilakukan selama empat tahun sejak tahun ini.
Saat ini baru ada dua bandar antariksa ekuator yakni di Kourou Amerika Selatan, dan Pusat Peluncuran Alcantara Brasil. Bandar antariksa di ekuator memberi keuntungan saat peluncuran roket yakni memberi efek daya dorong meninggalkan Bumi lebih besar. Hasilnya roket menjadi lebih hemat bahan bakar.
"Kami berharap bahwa bandar antariksa ini (Biak) menjadi bandar antariksa ekuator pertama untuk wilayah Asia-Pasifik," kata Thomas dalam gelar wicara virtual "Iptek Pengembangan dan Antariksa Bagi Indonesia Maju" di Jakarta, Kamis 6 Agustus 2020.
Dari bandar antariksa Biak tersebut, ditargetkan akan diluncurkan satelit buatan anak bangsa. Kegiatan peluncuran satelit itu disebutkannya merupakan salah satu kegiatan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan.
Pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga tercantum dalam amanat undang-undang itu. Pembangunan bandar antariksa di Biak akan menjadi salah satu fokus kegiatan LAPAN dalam periode 2020-2024.