Karena seluruh produk reaksi itu adalah gas, maka akan ada peningkatan tekanan tiba-tiba yang menjalar ke luar atau menyembur pada kecepatan supersonik. Ini yang biasanya dimaksud sebagai detonasi dari gelombang kejut alias ledakan yang terjadi kemudian.
"Jika anda melihat asap merah itu, segera angkat kaki dan berlari cepat," kata Vyto Babrauskas, seorang konsultan di New York yang telah beberapa kali menulis makalah tentang kecelakaan amonium nitrat.
Awan kondensasi akibat ledakan juga menuntun beberapa orang di media sosial untuk berspekulasi adanya perangkat nuklir. Tapi, menurut Sella, tipe awan itu juga bisa muncul dari bahan peledak konvensional dalam jumlah besar dalam udara yang lembap.
Apa yang terjadi, kata Sella, adalah segera di belakang gelombang kejut itu tercipta ruang bertekanan udara lebih rendah daripada sekelilingnya. Tekanan rendah menyebabkan uap air terkondensasi menjadi droplet mikroskopis. Perbedaan tekanan udara yang tercipta gara-gara gelombang kejut itu pula yang bisa menciptakan efek optis di udara yakni cahaya yang dibengkokkan saat merambatinya.
Menurut Sella, detonasi amonium nitrat pernah menyebabkan kecelakaan industri yang menyebabkan banyak negara menerapkan standar ketat penyimpanan bahan kimia itu. Sebagai contoh, Occupational Safety and Health Administration di Amerika Serikat yang sampai membuat banyak aturan termasuk pergudangan yang harus memiliki ventilasi cukup dan proteksi dari kebakaran.
"Tidak biasanya juga tempat penyimpanan amonium nitrat dalam jumlah besar seperti ini berdekatan dengan kawasan permukiman," kata Sella.
Di Twitter, Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, peristiwa Selasa lalu tak dapat diterima. Dia menyerukan hukuman terberat untuk mereka yang bertanggung jawab atas penyimpanan amonium nitrat tersebut. Investigasi tengah berlangsug untuk mencarinya.
CEN.ACS | NEW SCIENTIST
KOREKSI:
Artikel ini telah diubah pada Sabtu 8 Agustus 2020 Pukul 13.18 wib untuk menambahkan keterangan dari konsultan yang berbasis di New York, Amerika Serikat.