TEMPO.CO, Jakarta - PORTL, sebuah perusahaan yang berlokasi di Los Angeles, Amerika Serikat, mengembangkanmesin yang disebut holoportasi. Mesin seukuran bilik telepon umum ini akan memungkinkan penggunanya berbicara secara real time dengan hologram seukuran orang.
Mesin tersebut juga dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan interaksi dengan hologram terekam mulai dari tokoh bersejarah hingga kerabat yang telah meninggal. "Jika tidak bisa berada di sana, Anda dapat mengirim diri Anda ke sana," ujar CEO PORTL, David Nussbaum, dikutip dari Reuters, Sabtu 8 Agustus 2020.
Setiap PORTL memiliki tinggi sekitar 2,1 meter, lebar 1,5 meter dan tebal 0,6 meter, serta dapat disambungkan ke sumber arus listrik atau stopkontak dinding. Nantinya, siapa saja yang memiliki kamera dan latar belakang putih dapat mengirim hologram ke mesin itu.
Nussbaum sebelumnya bekerja di perusahaan yang mengembangkan hologram Ronald Reagan untuk perpustakaan presiden ke-40 AS tersebut. Dia berharap PORTL bisa lebih dari itu dan di masa pandemi ini bisa menghubungkan siapa pun yang menjaga jarak guna memutus rantai penyebaran virus corona Covid-19.
Atau, dia menambahkan, "Kami dapat menghubungkan keluarga militer yang belum pernah bertemu satu sama lain selama berbulan-bulan, orang-orang yang berada di tempat yang jauh."
Baca juga:
Harga mesin dibanderol mulai dari $ 60 ribu atau sekitar Rp 882,5 juta, yang diperkirakan Nussbaum akan tersedia 3-5 tahun ke depan. PORTL juga berencana untuk membuat perangkat yang lebih kecil dengan harga yang lebih rendah awal tahun depan.
Perangkat tersebut dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari perusahaan StoryFile yang berbasis di Los Angeles untuk menghasilkan rekaman hologram yang dapat diarsipkan. Teknologi ini menambahkan biaya untuk perangkat menjadi setidaknya $ 85 ribu (sekitar Rp 1,25 miliar).
PORTL mempromosikan perangkat tersebut untuk museum, yang akan memungkinkan pengunjung melihat hologram dari tokoh bersejarah. Orang-orang dapat merasa seperti sedang melakukan percakapan, merasakan kehadiran mereka, melihat bahasa tubuh mereka, melihat semua isyarat non-verbal mereka.
"Merasa seperti benar-benar berbicara dengan orang itu meskipun mereka tidak ada di sana," kata CEO StoryFile, Heather Smith.