TEMPO.CO, Jenewa - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin, 10 Agustus 2020, mengatakan untuk vaksin saja dibutuhkan lebih dari US$ 100 miliar (Rp 1.468 triliun) demi memastikan semua orang di mana pun dapat mengakses alat untuk melawan wabah Covid-19 ini.
"Ini terdengar seperti uang dalam jumlah yang besar dan memang begitu. Namun, angka itu kecil dibandingkan dengan US$ 10 triliun yang telah diinvestasikan oleh negara-negara G20 dalam stimulus fiskal untuk menangani konsekuensi pandemi Covid-19 sejauh ini," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual dari Jenewa, Senin.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa tiga bulan mendatang merupakan jendela peluang yang krusial untuk meningkatkan kinerja ACT-Accelerator, kolaborasi global yang disponsori WHO untuk mempercepat pengembangan, produksi, serta akses yang adil terhadap tes, perawatan, dan vaksin Covid-19.
Namun, lanjut Tedros, untuk memanfaatkan jendela ini, "kami harus secara mendasar meningkatkan cara kami mendanai ACT-Accelerator dan memprioritaskan penggunaan alat baru."
Menurut kepala WHO tersebut, terdapat kesenjangan global yang sangat besar antara ambisi ACT-Accelerator dan jumlah dana yang telah menjadi komitmen.
"Kami baru 10 persen menuju pendanaan miliaran yang dibutuhkan untuk merealisasikan janji ACT Accelerator," ujarnya.
Menggarisbawahi bahwa pekan ini, kasus Covid-19 yang terdaftar akan mencapai 20 juta, dengan 750.000 kematian, Tedros menekankan di balik statistik ini ada banyak rasa sakit dan penderitaan. "Para pemimpin harus mengambil tindakan dan warga negara perlu melakukan langkah baru," tuturnya.
ANTARA | XINHUA