Para ahli mengatakan kurangnya data yang dipublikasikan tentang vaksin Rusia-- termasuk bagaimana pembuatan dan rincian keamanan, respons kekebalan dan apakah dapat mencegah infeksi Covid-19--membuat para ilmuwan, otoritas kesehatan, dan masyarakat tidak tahu apa-apa.
"Tidak mungkin mengetahui apakah vaksin Rusia telah terbukti efektif tanpa menyerahkan makalah ilmiah untuk dianalisis," kata Keith Neal, ahli epidemiologi penyakit menular di University Nottingham, Inggris.
Ayfer Ali, spesialis dalam penelitian obat-obatan di Warwick Business School, Inggris, tak percaya riset vaksin di Rusia tak sampai melakukan uji klinis tahap tiga. Dia menduga mengatakan Rusia pada dasarnya melakukan percobaan pada tingkat populasi yang besar namun potensi efek merugikan dari vaksin tidak terdeteksi. "Ini, meski mungkin jarang, bisa serius," ujar Ali memperingatkan.
Sebelumnya, Kepala Direct Investment Fund Rusia, Kirill Dmitriev, yang mensponsori pengembangan vaksin Gamaleya Research Institute, mengatakan bahwa vaksinasi dapat disetujui hanya dalam beberapa hari, sebelum para ilmuwan menyelesaikan studi tiga fase.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow itu aman dan telah diberikan atau disuntikkan di antaranya kepada putrinya. "Saya tahu ini bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat, dan saya ulangi, ia telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," kata Putin di televisi pemerintah.
Putin mengungkap itu saat lebih dari setengah lusin pembuat obat di seluruh dunia sedang dalam proses melakukan uji coba manusia tingkat lanjut berskala besar terhadap potensi vaksin Covid-19 mereka. Masing-masing melakukan uji dengan puluhan ribu sukarelawan. Beberapa pelopor vaksin itu, termasuk Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca, yang mengatakan bahwa mereka berharap untuk mengetahui apakah vaksin mereka berhasil dan aman pada akhir tahun ini.
REUTERS | NBC NEWS