TEMPO.CO, Brussels - Komisi Eropa mengumumkan telah menyepakati kontrak pembelian sedikitnya 300 juta dosis calon vaksin Covid-19 dengan perusahaan farmasi asal Inggris AstraZeneca. Kontrak yang disebut AstraZeneca tanpa profit itu mencakup pula opsi pembelian 100 juta dosis tambahan jika vaksin tersebut terbukti aman dan ampuh.
Badan Eksekutif Uni Eropa (EU) dan AstraZeneca sama-sama mengumumkan kesepakatan mereka pada Jumat, 14 Agustus 2020. Bagi Uni Eropa, kontrak dengan AstraZeneca tersebut sekaligus menandai pembelian awal calon vaksin oleh Uni Eropa untuk melawan pandemi Covid-19 yang sejak awal tahun hingga saat ini telah menjangkiti 21 juta orang di dunia dan hampir 762 ribu di antaranya meninggal.
"Hari ini, setelah berminggu-minggu negosiasi, kami mendapatkan kontrak pembelian awal Uni Eropa pertama untuk calon vaksin," kata Komisaris Kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides, melalui pernyataan tertulis.
Baca juga:
Tiga Jawaban Kenapa Vaksin Covid-19 Rusia Sputnik V Dikecam Dunia
Badan itu melakukan negosiasi atas nama 27 negara Uni Eropa, menindaklanjuti pakta yang sudah dibuat AstraZeneca dengan Aliansi Vaksin Inklusif Eropa (IVA) pada Juni lalu. IVA sendiri dibentuk Prancis, Jerman, Italia dan Belanda untuk mengamankan dosis vaksin Covid-19 bagi seluruh negara anggota Uni Eropa.
Komisi Eropa tidak mengungkapkan ketentuan kontrak baru atau menyebutkan apakah syarat yang disepakati sebelumnya telah diubah. Tapi yang jelas kesepakatan itu yang pertama dicapai di antara pembicaraan yang juga sedang dilakukan dengan Johnson & Johnson dan dengan kemitraan Sanofi dan GlaxoSmithKline.
Dengan Johnson & Johnson, Uni Eropa memasuki negosiasi kontrak pembelian 200 juta dosis calon vaksin yang dikembangkan perusahaan farmasi itu. Sedang dengan Sanofi and GlaxoSmithKline, baru saja dicapai kesepakatan pembicaraan awal untuk pembelian 300 juta dosis.
Calon vaksin AZD1222 milika AstraZeneca adalah yang paling maju di antara ketiganya. AstraZeneca dan Oxford University baru saja memulai uji klinis tahap final dan jika berhasil vaksin itu bisa mulai diproduksi akhir tahun ini juga. Sedang Johnson & Johnsonbaru memulai tahapan uji klinis sementara Sanofi/GSK masih di tahap praklinis.
Selain dengan Uni Eropa, AstraZeneca juga membubuhkan kontrak dengan Amerika Serikat, Inggris, Aliansi Vaksin Gavi, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi. Total untuk kesepakatan-kesepakatan itu, AstraZeneca menyiapkan produksi sebesar 700 juta dosis.
Baca juga:
Borong Vaksin Covid-19: Setelah dari Pfizer, AS Beli Juga dari Moderna
Tapi yang terbesar adalah yang dibuatnya dalam bentuk kesepakatan lisensi dengan Institut Serum India. AstraZeneca setuju mengirim satu miliar dosis untuk mendorong akses vaksin di negara-negara miskin.
Kesepakatan juga dijalin untuk menyediakannya di Jepang, Rusia, Cina, Meksiko, Argentina, dan negara lainnya. Tapi pengirimannya akan sangat bergantung pada keberhasilan uji klinis final melibatkan 10 ribu relawan yang masih dilakukan.
REUTERS | FIERCE PHARMA | ASTRAZENECA | JHU