Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Survei Perilaku Berinternet di Asia Tenggara: Peretasan Bukan Masalah Besar

image-gnews
Ilustrasi proses peretasan di era teknologi digital. (Shutterstock)
Ilustrasi proses peretasan di era teknologi digital. (Shutterstock)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber, Kaspersky, mengungkap perubahan perilaku dan pandangan pengguna internet selama masa pandemi virus corona Covid-19 di Asia Tenggara. Laporan Kaspersky menemukan bahwa mayoritas atau sampai 82 persen responden dari kawasan ini menganggap bahwa gaya hidup digital mereka aman terkait dengan privasi data dan menganggap peretasan bukan masalah besar.

Angka tersebut merupakan 7 persen lebih tinggi dari rata-rata global yang sebesar 75 persen. Tingkat kepercayaan tinggi sekalipun hasil survei yang dituang dalam laporan berjudul 'More connected than ever before: how we build our digital comfort zones' itu juga menyebutkan kalau hampir seperempat responden dari wilayah Asia Tenggara tersebut mengakui bahwa akun media sosial atau email mereka pernah diretas.

Baca juga:
Setelah Malaysia, Filipina Konfirmasi Mutasi Virus Corona Lebih Berbahaya

Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, menerangkan, teknologi adalah alat yang sangat berguna, terutama jika diamankan secara efektif. "Studi ini mengungkap pengguna online Asia Tenggara menghabiskan 5-10 jam per hari untuk online dan mengakui bahwa penerapan lockdown menyebabkan waktu yang dihabiskan secara virtual meningkat 2-5 jam per hari," ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin 17 Agustus 2020.

Studi dilakukan pada Mei 2020 lalu dengan 760 responden dari wilayah tersebut. Temuan lainnya menunjukkan bahwa hanya 1 persen pengguna di Asia Tenggara yang mengaku bahwa hidup secara virtual terasa sangat tidak aman bagi mereka, 2 tingkat lebih rendah daripada global yaitu sebesar 3 persen.

Sisanya menjawab merasa tidak aman (11 persen), ini juga lebih rendah daripada persentase global sebesar 16 persen. Adapun yang menyatakan tidak yakin sebesar 5 persen.

Terlepas dari keyakinan yang tinggi terhadap faktor keamanan, responden survei di wilayah Asia Tenggara juga mengaku diretas secara online. Pengguna mengakui bahwa akun media sosial (21 persen), akun email (20 persen), perangkat seluler (13 persen), jaringan Wi-Fi (12 persen), dan akun perbankan mereka (12 persen) telah mengalami peretasan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Terhubung untuk keperluan kantor, bank, pusat perbelanjaan, sekolah, dan banyak lagi, kita harus lebih menjaga akun dan perangkat digital terkunci dengan baik demi menjaga aset dan kehidupan jauh dari jangkauan pelaku kejahatan siber," kata Siang Tiong.

Selain itu, terdapat pula 2 persen lainnya yang bahkan mengonfirmasi bahwa akunnya telah disusupi lebih dari tiga atau empat kali, sementara 24 persen yakin bahwa datanya tidak pernah bocor. Hampir 2 dari 10 responden juga mengaku tidak yakin apakah akun mereka pernah dibobol karena tidak tahu cara memeriksanya (18 persen) sementara 14 persen lainnya mengungkapkan bahwa tidak pernah memeriksa sama sekali.

Ketika ditanya mengenai apa yang dilakukan setelah akun mereka mengalami kebocoran, lebih dari setengah pengguna (57 persen) di Asia Tenggara mengubah kata sandi pada semua perangkat nirkabel dan akun digital. Serta 54 persen yang memperbarui kode keamanan mereka hanya ke perangkat nirkabel dan akun digital yang terpengaruh.

Baca juga:
Studi Ini Bantah Bahaya Remaja Depresi Karena Media Sosial

Dan hanya sebanyak 23 persen dari responden yang mengalami peretasan memasang perangkat lunak keamanan untuk melindungi akun mereka. Sementara 14 persen membawa perangkat yang diretas ke pakar TI, dan ada sebagian kecil (4 persen) yang memilih untuk tidak melakukan apa-apa.

Menurut Siang Tiong, sangat nyaman untuk menjalani sebagian besar hidup secara online dengan aman, terutama ketika pembatasan aktivitas fisik untuk menjaga diri dan keluarga diperlukan di masa pandemi ini. "Namun, kenyamanan di dunia maya bukan berarti menurunkan kewaspadaan," kata dia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

12 jam lalu

Ilustrasi anak main ponsel pintar. (Shutterstock.com)
Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.


Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

13 jam lalu

Ilustrasi anak bermain gawai (pixabay.com)
Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.


Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

1 hari lalu

Ilustrasi orang menggunakan smartphone atau handphone. Freepik
Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

Speedtest Global Index Ookla membuat peringkat kecepatan Internet di 142 negara per Maret 2024. Indonesia kalah dari Kamboja.


Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

2 hari lalu

Ilustrasi belanja. Shutterstock
Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.


Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

3 hari lalu

Ilustrasi bermain sosial media di ponsel. Shutterstock.com
Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.


Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

3 hari lalu

Massa dari berbagai Kelompok Pencinta Alam melakukan aksi damai untuk memperingatai Hari Bumi, di halaman gedung KPK, Jakarta, 22 April 2015. Dengan membawa spanduk raksasa yang berisi Petisi Kelestarian Bumi Indonesia dan dibubuhi ribuan tandatangan tersebut mereka mengingatkan bahwa Merusak Alam Itu Korupsi. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

Hari Bumi atau Earth Day pada 22 April dapat dirayakan dengan berbagai aktivitas termasuk meramaikan di media sosial lewat unggahan twibbon.


Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

3 hari lalu

Ilustrasi bermain media sosial. (Unsplash/Leon Seibert)
Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah


25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

4 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Tony Blair Bertemu Menkominfo, Starlink Bakal Fasilitasi Uji Coba Internet di IKN

5 hari lalu

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair tiba di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada Jumat, 19 April 2024. Tony bersama Kemenkominfo membahas percepatan transformasi digital serta pembangunan layanan publik berbasis digital. Tempo/Desty Luthfiani.
Tony Blair Bertemu Menkominfo, Starlink Bakal Fasilitasi Uji Coba Internet di IKN

Tony Blair dan Budi Arie berdiskusi tentang intensifikasi kerja sama guna mendorong perkembangan teknologi dan memperluas konektivitas di Indonesia.


CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

6 hari lalu

Logo twitter, facebook dan whatsapp. Istimewa
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman