JAKARTA - Malaysia dan Filipina baru saja melaporkan bahwa mutasi virus corona, D614G, telah terdeteksi pada beberapa kasus di daerahnya. Di Malaysia sendiri, mutasi ini terdeteksi oleh penelitian kedokteran Institut Malaysia dalam empat kasus dari dua klaster virus corona, yaitu klaster Sivagangga dan Ulu Tiram.
Dilansir dari Times of India pada Rabu, 19 Agustus 2020, mutasi D614G pertama kali terdeteksi di Eropa pada Februari 2020. Sejak saat itu, varian ini menjadi dominan yang ditemukan pada sampel usap di beberapa negara.
Lebih lanjut, berikut empat hal yang perlu diketahui tentang mutasi D614G, dilansir dari Times of India;
- Merupakan mutasi dominan
D614G merupakan mutasi dari Sars-Cov-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19. Mutasi ini mengubah asam amino pada posisi 614, dari asam asparat (D) menjadi glisin (G). Menurut laporan BBC pada Bulan Juli, strain ini ditemukan pada sebanyak 97 persen sampel di seluruh dunia.
Virus corona telah mengalami mutasi sebelumnya, namun sejauh ini hanya satu varian yang berhasil diidentifikasi sebagai kemungkinan yang dapat mengubah perilaku Sar-Cov-2, yaitu D614G.
Ahli biologi komputasi dan ahli genetika populasi, Dr. Bette Korber, dalam makalahnya mengatakan varian D614G begitu dominan sehingga menjadi pandemi. Mutasi tersebut telah terjadi beberapa waktu lalu di wilayah seperti Inggris Raya dan pantai timur Amerika Serikat.
- Kemampuan penularan
Dalam tes laboratorium yang dilakukan oleh Scripps University di Florida, virus yang bermutasi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memasuki sel manusia ketimbang virus tanpa variasi. Perubahan pada spike protein yang digunakan virus untuk menempel pada sel manusia memungkinkannya bekerja lebih baik dan efisien.
Selain itu, dua studi yang diterbitkan oleh Dr. Korber dan WHO Collaborating Center di Cina, juga mengatakan hal yang sama. D614G yang merupakan strain dominan SARS-Cov-2 yang kemungkinan memiliki daya tular sepuluh kali lipat dari Wuhan-1 yang asli.
Di lain sisi, asisten profesor epidemologi penyakit mikroba di Yale School of Public Health, Dr. Nathan D. Graubaugh, melalui penelitiannya menyebutkan bahwa penelitian semacam itu hanya bisa menunjukkan hasil tapi belum membuktikan peningkatan penularan virus sebenarnya.
- Pengaruh terhadap pengembangan vaksin
Meskipun mutasi D614G terjadi pada spike protein virus, hal ini tidak dapat mengubah dominan pengikat reseptor (RBD) di ujung spike protein. RBD mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia yang merupakan target utama sistem kekebalan.
Sebuah studi WHO di Cina juga menunjukkan bahwa varian G164 tetap rentan terhadap netralisasi oleh antibodi yang diisolasi dari pasien terinfeksi.
- Tingkat bahaya
Dilansir dari Reuters, Presiden International Society of Infectious Diseases, Paul Tambyah, mengatakan mutasi D614G di beberapa belahan dunia bertepatan dengan penurunan tingkat kematian. “Mungkin hal tersebut lebih baik, meskipun lebih menular, tetapi tidak terlalu mematikan,” ujar Tambyah, dikuti dari Reuters, pada Rabu, 19 Agustus 2020.
Tambyah juga menambahkan, sebagian virus cenderung menjadi kurang ganas ketika bermutasi. “Ini adalah kebutuhan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tapi tidak membunuhnya. Virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat berlindung,” ujar Tambyah.
TIMES OF INDIA | REUTERS | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ