TEMPO.CO, Jakarta - Bumi telah kehilangan 28 triliun ton es hanya dalam waktu 23 tahun menurut para ilmuwan dari University of Leeds, University of Edinburgh, dan University College London. Mereka telah menganalisis survei satelit gletser, pegunungan, dan lapisan es antara tahun 1994 dan 2017 untuk mengidentifikasi dampak pemanasan global.
Dalam makalah ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Cryosphere Discussions itu, mereka menggambarkan hilangnya es dan menemukan bahwa mencairnya gletser dan lapisan es bisa menyebabkan naiknya permukaan laut secara dramatis, kemungkinan mencapai satu meter pada akhir abad ini.
"Untuk menempatkannya dalam konteks, setiap sentimeter kenaikan permukaan laut berarti sekitar satu juta orang akan mengungsi dari tanah air mereka yang rendah," ujar Andy Shepherd, direktur Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub University of Leeds, seperti dikutip Science Alert, Senin, 24 Agustys 2020.
Hilangnya es secara dramatis dapat menimbulkan konsekuensi parah lainnya, termasuk gangguan besar pada kesehatan biologis perairan Arktik dan Antartika, serta mengurangi kemampuan planet untuk memantulkan radiasi Matahari kembali ke luar angkasa. Temuan ini cocok dengan prediksi skenario kasus terburuk yang digariskan oleh badan antar pemerintah PBB, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Shepherd menerangkan, dulu para peneliti telah mempelajari area individu seperti Antartika atau Greenland di mana es mencair. "Tapi ini adalah pertama kalinya seseorang melihat semua es yang menghilang dari seluruh planet. Apa yang kami temukan telah mengejutkan kami," kata dia.
Namun, dalam penelitian itu juga ditulis ada sedikit keraguan bahwa sebagian besar hilangnya es di Bumi adalah akibat langsung dari pemanasan iklim. Penemuan ini muncul seminggu setelah para peneliti di Ohio State University menemukan bahwa lapisan es Greenland mungkin telah melewati titik tanpa harapan.
Menurut para peneliti, hujan salju yang mengisi kembali gletser negara setiap tahun tidak dapat lagi mengimbangi laju pencairan es. Artinya, lapisan es Greenland akan terus kehilangan es bahkan jika suhu global berhenti naik. Lapisan es Greenland adalah badan es terbesar kedua di dunia.
"Apa yang kami temukan adalah es yang mengalir ke laut jauh melebihi salju yang menumpuk di permukaan lapisan es," kata Michalea King, penulis utama dan peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Kutub, Ohio State University.
Menurut studi lembaga antariksa Amerika Serikat NASA, tahun 2010-2019 adalah dekade terpanas yang pernah tercatat.
SCIENCE ALERT | CRYOSPHERE DISCUSSIONS | THE GUARDIAN