Namun, saat mengalami hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan, di bawah level normal. "Tapi dalam beberapa kejadian, pasien masih nyaman dan bahkan bisa berponsel saat di mana dokter seharusnya sudah harus menyusupkan ventilator mekanis kepadanya," kata Martin J. Tobin, ketua tim studi itu.
Tobin, ahli peyakit paru di Loyola University Chicago Stritch School of Medicine, Amerika Serikt, menemukan fenomena itu saat meneliti 16 pasien Covid-19 yang memiliki kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah. Bahkan ada yang sampai 50 persen.
Tobin dkk menelisik pula bagaimana otak merespons kadar oksigen yang drop itu hingga si pasien bisa 'tak merasakannya', atau terlambat merasakannya. "Mungkin saja virus corona mempengaruhi fungsi tubuh yang bisa merasakan kadar rendah oksigen," katanya seperti dikutip dari Medical Express.
Fenomena dalam studi itu serupa dengan temuan yang diumumkan Tim penyakit infeksi emerging (PIE) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Senin 23 Agustus 2020. Beberapa pasien Covid-19 di rumah sakit itu terlihat biasa-biasa saja, atau setidaknya hanya sedikit sesak. Padahal saat dicek, saturasi oksigennya sudah di level 70 hingga 80 persen.
"Hasil analisis gas darah arteri (AGD) juga menunjukkan tanda gagal napas. Tetapi pasien saat itu baik-baik saja, bisa berkomunikasi seperti biasa," kata Wisuda Moniqa Silviyana, dokter spesialis penyakit paru.