TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro menginginkan substitusi impor dilakukan dengan inovasi, bukan sekadar merakit komponen yang dibeli dari luar dan dalam negeri. Itu disampaikannya pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-53 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, yang ditayangkan secara virtual, Selasa 25 Agustus 2020.
"Tidak hanya sekedar merakit kembali mesin yang sudah dibuat di luar negeri," kata Menristek yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional itu.
Bambang juga meminta LIPI bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Tenaga Nuklir Nasional, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional bahu membahu memberikan kontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19. Dia menyatakan mengapresiasi berbagai aktivitas riset dan hasil riset yang bisa ikut menangani pandemi saat ini.
Sambil meminta LIPI menjaga marwah riset dan ilmu dasar serta mengayomi yang dikerjakan perguruan tinggi, Menristek Bambang menuturkan, substitusi impor bukan diartikan dengan mengimpor komponen-komponen lalu merakitnya dan menjualnya di Indonesia. Dia mencontohkan mesin PCR untuk keperluan deteksi Covid-19. "Kita melakukan substitusi impor dengan inovasi," katanya.
Menristek Bambang juga berpesan kepada LIPI agar menguji komparasi alat deteksi Covid-19 berbasis RT-LAMP (Reverse Transcription Loop-Mediated Isothermal Amplification) yang dikembangkan dengan alat polymerase chain reaction (PCR). "RT-LAMP ini adalah upaya untuk substitusi dari PCR," ujarnya.
Baca juga:
Peneliti Ingatkan Manfaat Vaksin Covid-19 dan Herd Immunity
Dia mengatakan harus dipastikan akurasi dan reabilitas dari alat RT-LAMP itu. Meskipun teknik deteksi itu tidak menjadi gold standar seperti pada alat PCR namun akurasinya harus diakui untuk menjadi penentu seseorang negatif atau positif Covid-19.