TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah wali murid di daerah yang berada di zona kuning dan hijau pandemi Covid-19 mengaku terbantu dengan pembukaan sekolah kembali. Alasannya, anak-anak sudah jenuh juga belajar di rumah atau menjalani pendidikan jarak jauh.
Romadona yang saat ini menetap di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, mengatakan anaknya sejak sepekan yang lalu telah kembali belajar di sekolah. Meskipun pembelajaran dilakukan secara bergiliran dan hanya dua jam berada di sekolah, si anak disebutnya senang.
"Anak saya kelas dua SD, masuknya hanya Senin hingga Rabu dari pukul 08.00 WIB sampai 10.00 WIB," katanya saat dihubungi, Selasa 25 Agustus 2020.
Dengan anak kembali belajar di sekolah, ia mengaku terbantu dan bisa kembali fokus bekerja sebagai PNS. Saat pembelajaran jarak jauh dilakukan, ia mengaku esulitan membagi waktu antara pekerjaan dan menjadi guru di rumah. "Anak saya juga sudah bosan belajar di rumah," katanya.
Hamidah yang tinggal di Muara Tebo, Kabupaten Tebo, Jambi, juga mengaku senang dengan keputusan pemerintah untuk membuka sekolah di zona kuning dan hijau. Alasannya berbeda yakni pendidikan jarak jauh kurang efektif karena tidak semua orang tua memiliki smartphone atau perangkat yang menunjang.
"Di sini juga akses listrik dan internet pun belum merata," kata Hamidah. Dia menambahkan, jika pembelajaran jarak jauh masih berlanjut, anak dirugikan karena banyak yang tertinggal.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan relaksasi pembukaan sekolah untuk zona kuning, dari semula hanya zona hijau. Pembukaan sekolah boleh dilakukan dengan syarat disetujui Pemerintah Daerah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan orang tua peserta didik. Jika orang tua tidak setuju, peserta didik tetap belajar dari rumah dan tidak dapat dipaksa.
Pembukaan sekolah dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pada saat sekolah dibuka pun, peserta didik tidak bisa masuk sekaligus dan harus secara bergantian. Standar awal 28 hingga 36 peserta didik per kelas, dibatasi menjadi 18 peserta didik untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK.
Baca juga:
Trump dan Ribut Protokol Kesehatan di Sekolah di Amerika
Untuk jumlah hari dan jam belajar juga akan dikurangi, dengan sistem bergiliran, rombongan belajar yang ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Begitu juga jam belajarnya hanya sekitar empat jam. Jarak antarpeserta didik 1,5 meter, tidak ada aktivitas kantin, tempat bermain, maupun aktivitas olahraga.