TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin mengundang penduduk pada Rabu, 26 Agustus 2020, untuk mengambil bagian dalam uji coba vaksin Covid-19 yang dilaporkan disetujui oleh pemerintah nasional awal bulan ini. Sobyanin menjelaskan bahwa dia dan warganya sangat menginginkan vaksin tersebut.
Sekarang, kata Sobyanin, warga Moskow memiliki kesempatan unik untuk menjadi peserta utama dalam uji klinis yang akan mengalahkan virus corona. "Dan sekarang kami memilikinya (vaksin), ini akan diuji coba dengan melibatkan 40.000 orang selama enam bulan," ujar dia, seperti dikutip Fox News, Rabu, 26 Agustus 2020.
Vaksin itu dinamakan Sputnik V, merujuk pada satelit pertama buatan Rusia, Sputnik 1, yang diorbitkan ke antariksa di era Uni Soviet pada 1957. Penamaan itu menandakan Moskow hendak membangkitkan kembali kejayaannya demi harga diri bangsa itu.
Vaksin tersebut dikembangkan Institut Riset Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Dosisnya akan dibagikan dalam dua kali suntikan yang berjarak 21 hari. Keduanya mengandung adenovirus, virus corona penyebab flu pada umumnya, yang telah dimodifikasi secara genetik.
Sobyanin menerangkan vaksin itu terbukti aman pada penelitian sebelumnya. Uji klinis ini memungkinkan vaksin itu mendapatkan sertifikasi permanen dan memperluas lingkaran penerima vaksin, termasuk kelompok usia di atas 60 tahun.
Namun, komunitas medis internasional telah menyuarakan keprihatinan mengenai persetujuan cepat Rusia atas vaksin tanpa terlebih dahulu diuji coba lanjutan skala besar, yang melibatkan puluhan ribu orang. Para ilmuwan menunjukkan kurangnya data yang dibagikan sebagai terobosan dalam standar komunitas medis.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menerangkan keefektifan vaksin awal bulan ini. Dia bahkan mengatakan kedua putrinya yang sudah dewasa telah diinokulasi. Putin mengklaim vaksin itu telah menjalani pengujian yang memadai dan menunjukkan kekebalan yang langgeng terhadap virus, meskipun dia belum memberikan data apa pun yang membuktikan keefektifan vaksin.
Para pejabat Rusia juga mengklaim menjadi negara pertama yang memproduksi vaksin sebagai pencapaian yang sebanding dengan peluncuran satelit pertama mereka pada 1957, dan menjadikannya masalah prestise nasional. Saat ini Rusia melaporkan lebih dari 963.000 kasus dan lebih dari 16.500 kematian sejak wabah pandemi, menurut data John Hopkins University.
FOX NEWS | NEW SCIENTIST | NATURE