TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Mikrobiologi dari Universitas Indonesia Pratiwi Sudarmono menerangkan mengenai mutasi virus corona Covid-19 menjadi lebih cepat menyebar. Menurutnya, mutasi sangat lumrah dan bisa dilakukan setiap waktu karena SARS-CoV-2 termasuk jenis virus RNA.
“Mutasi bisa terjadi setiap menit, setiap hari, tapi belum ada yang mendeteksi virus yang berbeda. Ini masih virus yang sama, karakternya pun masih sama,” ujar Pratiwi melalui video konferensi yang digelar Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Rabu 2 September 2020.
Sebelumnya, mutasi yang membuat virus itu sepuluh kali lebih mudah menginfeksi sel dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia, mutasi itu diketahui sudah mendominasi kasus infeksi virus itu di dunia dan diduga berada di balik pandemi yang belum juga terbendung hingga kini.
Sebelum di Indonesia, otoritas kesehatan di Malaysia, lalu Filipina, juga mengkonfirmasi keberadaan mutasi menjadi varian G dari SARS-CoV-2 ini. Seperti yang diberitakan, mutasi D614G terjadi pada bagian protein sel paku yang menjadikannya lebih stabil. Padahal bagian itulah yang berperan penting bagi infeksi virus ke sel sehingga diduga pula menjadikannya lebih mudah menular.
Pratiwi, peraih Ph.D bidang biologi mulekuler dari Osaka University itu menerangkan, mutasi itu bisa terdeteksi melalui teknik sekuensing PCR. Beberapa publikasi, kata dia, meskipun karakteristik virus tidak berubah, tapi beberapa mutan membuat penyebarannya semakin cepat.
“Bukan lebih ganas ya, banyak yang salah, karena itu (ganas) biasanya terkait dengan perjalanan sakit pasien,” kata dia.
Menurut Pratiwi, saat ini Indonesia sudah melaporkan 22 urutan genom lengkap SARS-CoV-2 ke situs Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Dari jumlah tersebut, Pratiwi menyebutkan ada enam mutasi yang disebut D614G—mutasi pada protein spike virus yang disebabkan oleh pergantian basa nukleotida A ke G pada posisi ke 23.402, yang menyebabkan pergantian asam amino D (asam aspartat) pada posisi 614 menjadi asam amino G (glisin).
Baca juga:
Studi Terbaru: Tidur Siang Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini 19 Persen
“Ada satu lagi dari Surabaya yang dilaporkan bermutasi berbeda. Jadi mutasi virus yang bisa menyebar cepat ini bukan hanya terjadi di Malaysia atau pun di Singapura saja, tapi sudah beredar di Asia Tenggara,” kata penerima beasiswa WHO untuk meneliti biologi molekuler Salmonella typhi itu.